Monday, August 15, 2016

WHAT MAKES YOU SINGLE?



Is being single something to be sad about? Or something to be proud of?

Oke, mungkin ada di antara kalian yang udah bosan jadi jomblo, atau udah kepengen punya hubungan yang serius, not only about hanging out together, chatting all day, sending greeting message everyday, going to the cinema every weekend, acting jealous, but steady relationship with the right guy. And you haven’t met your mr. Right?

Ya, makin bertambahnya umur membuat kalian, para gadis, merasa dikejar deadline untuk cari jodohuntuk menghindari label ‘perawan tua’. Sayangnya ini bikin kalian ambil tindakan nggak hati-hati karena yang jadi pertimbangan kalian adalah umur kalian. Jadinya, muncul pola pikir ‘ya-udah-sih-gpp-terima-aja-mumpung-ada-yang-mau’ yang mana pola pikir ini bikin kalian mengabaikan apa yang ada pada diri cowok yang lagi mendekati atau nembak kalian. Dear, even if this life is actually about gambling, tolong jangan gambling ya kalo milih cowok, apalagi buat pendamping hidup. Jangan terapkan konsep ‘aji mumpung’.

Menikahlah kalo kalian dan pasangan benar-benar siap secara mental dan finansial. Jangan menikah karena dituntut masyarakat, didesak orang tua, atau cuma karena kalian malu belom nikah sementara temen se-gank udah pada nikah.

Kalau udah siap secara mental, karir udah mapan, udah pengen berumahtangga, tapi pacar belum punya? And you start thinking that you’re bad looking, you’re not sexy, you’re undesirable, etc? Please, don’t let yourself down. Whatever you look like, as long as you’re clean and healthy, you’re beautiful. Jadi jangan isi malam minggu kalian dengan mengurung diri di kamar sambil berdoa minta hujan, jangan hangout di malam minggu sambil nyumpahin orang pacaran. Please, don’t ruin your satnite by doing those things. Kalau mau jalan-jalan sama teman-teman, jalan-jalanlah. Senangkan hatimu, even deep inside your heart you’re still wondering why you’re still single.

Mungkin hasil pengamatan gue dan hasil gue membaca sana sini, salah satunya, bikin kalian sadar kenapa kalian belum ketemu Mr. Right.

Let’s get started!!

KALIAN BERPIKIR BISA BERTEMU JODOH DI TEMPAT-TEMPAT TERTENTU

Kalian mulai mematok tempat, berharap ketemu calon pacar waktu lagi di gym, di restoran favorit, dan di tempat-tempat tertentu yang bikin kalian dress up khusus tampil menarik pada saat pergi ke tempat yang kalian anggap banyak kaum adamnya. Lingkup pencarian kalian makin sempit. Padahal siapa tahu calon pacar ada di tempat tak terduga, perpus misalnya, rumah sakit (pas jenguk teman atau kerabat yang sakit), mini market, kios tambal ban, dan lain-lain. Intinya buang patokan-patokan tempat itu walaupun kalian pengen banget ketemu pujaan hati di pantai kaya di film romantis. Ingatlah, dia bisa muncul dimana aja. Tapi biar begitu, jangan jelalatan juga kalo kemana-mana, ntar kesannya kalian lagi waspada copet. Sebisa mungkin tetaplah rapi, bersih, dan wangi (ngga perlu lebay juga sih wanginya) sesuai kondisi. Don’t forget to be nice to everyone, siapa tau dia adalah cowok yang kebetulan kepapasan lalu nanya alamat, atau dia adalah teman kalian sendiri?! Who knows?

YOU'RE SO FREAKING NEEDY

Iya, cowok juga ogah kalo kalian kebangetan manja dan nggak bisa ngapa-ngapain sendiri bahkan untuk mengatasi hal-hal kecil.

"Eh bukannya cowok justru seneng kalo dimintain bantuan? Itu kan hal yang bikin dia ngerasa manly, masculine dan selalu dibutuhkan?"

Iya, tapi kalau kalian dikit-dikit minta antar-jemput, minta ditemani, minta dibantuin, apalagi kalo kesannya maksa, cowok yang kalian gebet juga pasti kabur, atau cowok yang udah jadi pacar kalian bisa aja selingkuh. Kalo kalian bisa lakukan sendiri, misal: bawa laptop rusak ke service centernya, benerin kipas angin (siapa bilang nggak ada cewek yang ngerti listrik? Sekolah Menengah Kejuruan jurusan teknik listrik yang gue ajar ada murid ceweknya), nganterin ponakan ke puskesmas, dan semacamnya. Kalo si doi menawarkan bantuan, silahkan terima kebaikannya. Ingat, cowok kalian hanya bisa perhatian, membantu jika dibutuhkan, bukannya MENGAWAL. Pacaran itu bukan mengontrak seorang individu sebagai asisten pribadi.

YOU LOOK LIKE ACTUALLY REALLY LOVE BEING SINGLE

It’s good to be happy being a single and go with the flow. Bagus kok, jadi kalian nggak perlu nangis-nangis bawang kalo denger lagu cinta, sinis-sinis setan kalau ngeliat orang jalan bareng pasangan. Tapi hati-hati, jangan keasyikan sampai kalian mengabaikan semua perhatian cowok. Akhirnya para cowok nyerah karena ngerasa dikacangin. Selain itu, ada cewek yang memamerkannya berlebihan seolah-olah dia engga butuh cowok (dan gue punya temen yang kaya gitu juga). Salah-salah malah dianggap ‘nggak mau menikah’.

YOU DON'T SMILE TO ANYONE

Jangan jutek! Senyum ya. Sewajarnya aja.

“Tapi entar gue dibilang tebar pesona/sok kecakepan/gampangan?”
Kan gue bilang sewajarnya aja. Gimana cara senyumin orang sewajarnya? Ketika ada orang lagi melihat ke arah kalian, dan kebetulan kalian lagi bertemu pandang dengan dia, lalu tatapan itu bertahan lebih dari 3 detik, senyumlah. Sekedar senyum tipis pun nggak apa-apa. Gak perlu sampe nyengir keliatan gigi. Just be friendly.

YOUR SMILE LOOKS OH-SO-FAKE

Jangan memalsukan senyum waktu ngobrol sama orang lain, sama teman, sama kerabat atau siapa aja. Kenapa? Nggak enak diliat. Nobody wants to see a fake smile. Apalagi senyuman palsu kalian gagal mengelabui orang a.k.a orang tau betul itu senyum yg dipaksakan.

YOU'RE AN EMOTIONAL ROLLER COASTER

Are you moody? Or very moody? Y’know what? It makes everyone think that you’re a freak. Kadang kalian cerah ceria pas jalan sama gebetan, eh di tengah jalan mendadak moodnya jelek, jadi gampang marah, begitu liat puppy di pet shop jadi seneng lagi gak karuan, gitu terus. Jangankan gebetan, ini sih teman-teman kalian sendiri udah pasti gedeg ama kelakuan kalian.
Jadi, bisa mulai belajar mengendalikan emosi?

THE STANDARDS YOU HAVE FOR HIM IS MUCH HIGHER THAN THE STANDARDS YOU HAVE FOR YOURSELF

Too high standards. Kadang kita, cewek, bisa melegitimasi hal ini dengan alasan: “Wajar dong kita menginginkan pendamping yang lebih baik daripada kita?! Kan dia yang nanti memimpin…”
Sadar nggak standar yang lo bikin itu wajar atau nggak wajar? Kalo wajar mah nggak apa-apa. Kalo nggak wajar? Ntar jatuhnya kalian jadi picky, tapi sikap picky itu nggak membawa hasil yang diharapkan. Tolonglah, sesuaikan standar tersebut dengan diri kalian sendiri. Sadarlah: kalian siapa vs menginginkan pasangan yang bagaimana.

Oke, sah-sah aja kalian mengharapkan punya pasangan kaya raya, pintarnya selevel professor, pendidikannya S2 atau S3, jabatannya manager, direktur, atau apalah, gajinya up to 10 juta, rumahnya mewah, keturunan ningrat, terserah. Tapi gue ingetin, be rational. Lo nggak usah mengharapkan yang muluk-muluk kalo kalian cuma punya modal cakep doang (sorry to say)

Jangan lupakan sindiran yang sering muncul di meme:
"Jangan ngeremehin orang karena belum sukses, pendidikan nggak tinggi, rumah nggak bagus, nggak punya mobil. Kalo dia udah punya itu semua, seleranya bukan elu."
Paham kan maksudnya?! Cowok juga milih, girls. Semakin tinggi status sosialnya dia, dia juga akan semakin selektif cari pasangan. Intinya, perbaiki kualitas diri supaya pantas bersanding dengan yang memang berkualitas.

YOU ACTUALLY PICK THE WRONG MAN TO BE WITH

Well, I know that everybody makes mistakes. You make mistakes, so do I. But doesn’t it make us learn something? If you know you’ve made mistakes, then don’t do the same another day.
Kalo misalnya lo udah bikin ‘orang yang salah/orang yang bukan tipe lo’ tertarik dan jatuh cinta sama lo, sebenernya lo nggak salah sih, namanya juga perasaan. Adakah orang lain yang bisa kontrol?

“Tapi, gimana kalo saat dia pedekate gue luluh? Gue juga ga tau kalo dia playboy/ternyata udah beristri …”
Coba pastikan, kalian melted karena beneran jatuh cinta atau cuma tersipu-sipu kesenengan aja diperlakukan manis dan diromantisin? Untuk tahu track recordnya, cobalah kenal dan gaul sama teman-teman dia juga. Engga mungkin dia engga memperkenalkan kalian ke lingkungannya? Pasti sedikit banyak dari teman-temannya ada info kalau dia good boy, cheater, pengkhianat cinta, dermawan, loyal, penyayang, atau malah pernah menghamili anak orang. Ketika kalian udah mulai meragukannya, pakai akal sehat dan pertimbangkan, terus bersamanya atau menjauh pelan-pelan. Mumpung masih dalam tahap pedekate loh.

“Trus gimana caranya biar nggak dapet zonk? Gimana caranya dapet cowok baik-baik?”
Kenali siapa yang bersama kalian.

“Nyeleksi cowok satu-satu?”
Ya kagak!
Makanya, bertemanlah. Bertemanlah sebanyak-banyaknya. Jangan berteman dengan cowok seolah-olah cowok-cowok itu adalah kandidat yang kalian seleksi buat jadi pacar. Make friends because making friends is fun! Ketika kalian berteman, mereka akan ada di samping kalian saat susah seneng. Pada saat itu kalian bisa lihat karakter asli mereka, yang bukan pencitraan. Orang cenderung fake di depan inceran mereka untuk mendapatkan citra yang baik kan?! Kalian juga bakalan cenderung luwes, nggak ada yang berusaha kalian impress mati-matian.

YOU CAN'T GET OVER YOUR EX

Uwaduh, emang susah ceritanya kalo pake acara nggak bisa move on. Lupain. Dia itu masa lalu. Tapi lucunya ada di antara kita yang masih terpaku pada karakter mantan dan pengen dapat pacar baru yang modelnya mirip mantan. Ini yang bikin usaha cowok yang deketin kalian jadi sia-sia. Soalnya kalian cuekin karena nggak mirip sama mantan.

Selamat! Anda akan lebih lama terjebak dalam kubangan masa lalu. 
Buang semua foto mantan dan semua barang yang berpotensi untuk membangkitkan kenangan masa lalu. Nggak usah disimpan! Kalau kalian udah mentok kangen banget pasti kalian cari tuh foto dan barang pemberian mantan. Buang ya. Kalau lagi galau nontonlah film sama temen. Kalau kalian baperan, hindari film romantis dan cerita-cerita patah hati. Mainlah sama temen-temen. Tertawalah sampai lukamu kering dan siap berlari lagi.

YOU'RE CONFUSED WHAT LOVE IS

Mungkin definisi cinta bagi tiap orang berbeda-beda. Mungkin juga emang cinta engga punya definisi, tapi cuma bisa dirasain. Kalau kalian nanya cinta itu ada apa nggak, jawabannya ada. Mana? Ya itu yang lagi kalian bingungin.

YOU'RE PUTTING WAY MUCH PRESSURE ON FINDING A BOYFRIEND 

Nggak usah ngoyo cari pacar. Just chill out. Jangan bikin deadline atau bikin jadwal kapan hang out atau survey tempat yang banyak cowoknya. Kalian malah keliatan desperate. Sedih gue ngeliat temen ada yang kaya gini, serius, dan itu bikin risih. Kalau kalian terlalu ngoyo, ada pengaruhnya lho ke attitude. Keliatan banget kalo kalian lagi 'berburu'.

“Masa? Keliatan dari mananya?”
Dari cara kalian tersenyum, nada suara, bahasa tubuh, dan hal-hal yang kalian jadikan topik pembicaraan. Kalian mungkin nggak ngerasain itu, tapi yang ngeliat bakal tahu, termasuk cowok yang kalian incar. Jangan suka ngejudge ‘cowok itu nggak peka’, kalo kalian nggak banyak sahabatan sama cowok/ada di komunitas yang banyak cowoknya.

But, hati-hati ya, terlalu ngoyo dan terlalu excited bisa bikin kalian keliatan fake dan nggak jadi diri sendiri.

IT'S JUST HAPPENED

Apakah ini adalah alasan kalian jadi single? Emang lagi waktunya single kali ya. Jadi ya jalanin aja. Ntar juga kalau ketemu yang cocok pasti bakal jadian. Santai…


Jadi kali yang mana?

Saturday, August 13, 2016

Pretending to be Weak and Dumb = Makes You More Attractive to Men??? 

Think Again! 


Well, fakta bahwa gue udah lulus mengundang banyak tanya: mau kerja dimana lo abis ini? Balik ke Jatim atau mau kerja di area Jabodetabek aja?


Ya, itu adalah pertanyaan yang wajar dilontarkan pada mahasiswa yang baru dinyatakan lulus, meskipun masih menunggu wisuda. Pertanyaan-pertanyaan kaya gitu sih biasa gue jawab dengan baik, meningat gue juga udah ada tawaran pekerjaan dari salah satu perusahaan serat fiber sintesis di negeri ini.


But, salah satu pertanyaan yang gue engga suka jawab adalah pertanyaan yang ngajakin ribut. Nanyanya nyinyir: “Udah punya pacar?” “Kapan merit?” “Sekolah mulu, punya cowoknya kapan?” “Sekolah ketinggian nggak takut apa kalo cowok-cowok akhirnya jadi pada takut?”... dan sebangsanya sodara-sodara sebangsa dan setanah air…


Silahkan ketawa dulu bagi kalian para perempuan masa kini yang sering dapet pertanyaan yang ngajak berantem begini. Jangan dianggap serius pertanyaan dan komentar kaya begitu, wahai sodari-sodari sekalian kalau kalian masih kuliah atau masih sibuk dengan karir atau kalian yg sibuk dengan karir untuk memenuhi pundi-pundi agar bisa lanjut ke pendidikan yg stratanya lebih tinggi.


Gue juga punya tetangga reseh kaya gitu kok. Gue cuekin aja, ntar juga mati sendiri, eh, capek sendiri.


Gue ngga terlalu paham bagaimana masyarakat kita memandang perempuan. Iya, emansipasi sih emansipasi, katanya perempuan udah punya hak yang sama dengan laki-laki dalam hal pendidikan dan peran di ranah public seperti pekerjaan, dll.


Itu kan katanya lho ya, katanya begitu. Dan iya, semua perempuan bisa sekolah dan bekerja sekarang. Peran perempuan dalam pemerintahan negara juga udah ada.


But when it comes to woman-man relationship, apakah emansipasi masih dianggap ada? Pada kenyataannya masih ada kekhawatiran “tar cowok takut sama lo kalo pendidikan/jabatan lo ketinggian!” Bukankah ini tanda bahwa masyarakat kita masih menghendaki agar perempuan tetap berada di tingkat yang lebih rendah dibanding laki-laki? Memang tidak semua orang seperti itu. Orang tua gue misalnya, nggak pernah melontarkan pertanyaan-pertanyaan maha-gak-penting kaya yg gue tulis di atas ketika gue bilang mau berhenti ngajar buat ngelanjutin ke pascasarjana, atau mau kerja dimana dan mengejar posisi apa. Tapi rupanya masih ada juga golongan masyarakat yang pola pikirnya belum diemansipasi.


Hahahahapaan sih?!
Iya kan? Sekarang perempuan udah tau hak-hak dia dan melek akan kesetaraan, tapi apa gunanya kalau lingkungan tidak memberikan kesempatan pada perempuan untuk memenuhi hak-hak dan mencapai posisi yang setara?


Oke, gue ngga berbicara sebagai seorang feminis ya. Gue berbicara sebagai perempuan biasa yang terheran-heran dengan apa yang ada di sekitar gue. Gue emang berasal dari daerah. Kalian boleh sebut gue ‘gadis desa’ atau ‘gadis kampung’. Bahkan setelah gue kuliah di kota pun, masih ada kok fenomena ‘orang-orang yang mengaku modern/orang kota yang menempatkan perempuan sebagai makhluk yang kudunya ada di ranah domestik doang’. Salah satu orang yang mengaku modern, lelaki masa kini lah, apalah sebutannya, secara eksplisit menyatakan di depan muka gue, “Yaelah buat apa sih lo kuliah sampe pinter-pinter banget, cewek itu ujung-ujungnya pasti dandan, masak, sama bikin anak.”


Y’know what I felt guys?!

Yak betol! Sakit hati!


Contoh lain nih ya, pengalaman perihbadi, eh, pribadi temen sekosan gue waktu gue masih ngambil S1 di Brawijaya, sebut saja namanya Karmila (pengalaman buruk gaes, jadi disamarkan, biar gak mengorek luka lama). Karmila ini junior gue juga di Sastra Jepang, cakep, langsing, unyu, agak-agak oriental, kalo ketawa matanya keliatan nyisa segaris doang, pekerja keras, namun sayangnya jatuh ke tangan cowok banci yang enggak terima kalo Karmila ini kuliah S1, sementara si cowok ini pendidikannya lebih rendah daripada Karmila. Jadi, Karmila sering cerita bahwa cowok ini sering menekannya dengan kalimat, "Kamu tuh sibuk terus sama kuliah, mau jadi apa sih?! Gimanapun juga kamu tuh cuma bakalan jadi istri aku, Aku kok yang cari uang, bla bla bla..." Itu cuma salah satu kalimat yang gue inget. Dan Karmila terus ditekan dengan kalimat sebangsa dan semacam itu, cuma kosa katanya aja lain. Hingga pada suatu hari gue cuma bisa bilang, "Karmila, putusin pacarmu, dan kuliahlah dengan tenang. Kuliahmu cuma bakalan semrawut engga karuan kalo kamu masih berhubungan sama dia. Pikirin perasaanmu, pikirin kebahagiaanmu..." Lalu mereka putus entah kapan tepatnya dan pas gue jelang wisuda S1, Karmila jadian sama temennya sendiri, cowok yang kuliah di Poltek Negeri deket kampus kita. Saat itulah pertama kalinya gue ngerasa bahagia atas putusnya temen gue *evil grin


Tapi dengan pola pikir kaya gitu, gue engga heran kalo banyak cewek yang mau belagak bloon (entah Cuma belagak atau emang bloon beneran ya) hanya agar bisa diterima oleh cowok. Cuma sedikit cewek yang bertindak kaya Karmila, nurutin akal sehatnya. Karena katanya cewek yang terlihat lemah dan engga tau apa-apa, dengan muka polos dan pandangan mata kosong, jauh lebih menarik di mata cowok. Katanya loh ya, katanya, mereka keliatan lebih imut daripada cewek yang keliatan smart, dan strong. Ini katanya loh ya. Soalnya beberapa temen cewek gue selalu menyarankan ke gue supaya gue engga tampil dengan dandanan yang keliatan intelek dan ngga banyak bicara atau berpendapat yang menyangkal pendapat cowok karena itu akan bikin cowok merasa kalah debat, dll. Itu semua menurut mereka bisa bikin gue cepet punya pacar. Iiiiuuuh!!!! 


Trus gue musti tampak polos-polos bloon gitu? Yang kalo diajakin ngomong dikit-dikit bilang, “Apaan ya? Aduh aku ngga terlalu ngerti… Aku ngga paham…. Aku ngga bisa…” Iiisshhh!!! Cewek-cewek kayak gini ini biasanya tipikal ‘yes woman’. Iya iya aja sama apa yang dibilang sama cowoknya.


Sori, gue engga bisa. Buat gue, cewek bodoh ya buat cowok bodoh.

Kok gitu?


Lo bayangin aja, kenapa cowok, kalo emang dia cowok berkualitas, pinter, dan berpikiran maju, kenapa dia mencari cewek lemah, engga bisa apa-apa, berpendapat aja ogah-ogahan, penakut, bodoh? 

Jawabannya Cuma satu: karena cowok tersebut ngga pinter-pinter amat, engga keren-keren amat, engga berkualitas-kualitas amat.

Intinya gini: kalo cowok yang ngga pinter-pinter amat, engga keren-keren amat, engga berkualitas-kualitas amat itu mengincar cewek yang pinter, kuat, kritis dan berkualitas, apa yang terjadi? Ya si cowok terinjak-injaklah! Makanya cowok dimana-mana nyari cewek yang levelnya di bawah dia. Kalo dia cowok biasa aja, karirnya engga bagus-bagus amat, atau malah pengangguran (maaf), atau masih mahasiswa yang ngga pinter-pinter amat atau malah mahasiswa yang lulusnya lama karena blibet skripsi/ada mata kuliah yang engga lulus-lulus (aduh, maaf lagi), ya bakalan nyari pacar berupa cewek yang modelnya kaya dia juga, atau malah di bawah dia. 

 
Supaya dia merasa manly, tetap jantan, atau lebih tepatnya tetap merasa superior?


Betul sekali. Superioritas adalah hal yang sangat penting bagi kaum adam.


Elo cewek-cewek smart, akademisi, atau wanita yang karirnya bagus engga akan dideketin lelaki macem begini (dan gue yakin kalian engga bakalan mau juga punya hubungan special sama lelaki model begitu). If you are an intelligent woman and there’s a guy who is scared of your intelligence, then, just scare him away! Read it once more, just scare him away and get him outta your face! Lo ngga bener-bener mau dideketin sama cowo pengecut yang takut sama intelegensi lo kan?! I know that you know that you want to find a guy who matches your level of intelligence. So why do you waste your time to act stupid in front of men just to get their attention?


This is so simple. You meet a guy, you talk to him, share your thoughts/opinions (of course, you’ll always have some reasons/facts behind your thoughts which shows that you’re not a dumb girl),  and see, if he is scared, leave him. He’s not for you. Atau, lo nggak perlu berbuat apa-apa, biasanya cowok yang udah tau level dia ada di bawahnya cewek, dia akan menarik diri kok. It happens a lot to me. Sering banget begitu gue buka gue siapa atau udah pernah sharing opini sama gue atau tau pola pikir gue, jadi jarang texting (padahal frekuensi textingnya cukup tinggi ketika mereka cuma tau bahwa gue hanya sekedar cewek, tanpa tahu di belakang nama gue ada MSi, gue kuliah dimana, gue kuliah dgn beasiswa Japan Foundation), bahkan ada yang ilang kaya masuk lagi ke perut nyokapnya, eh, ditelan bumi.


Yak, bagi para lelaki yang tersinggung, kalian boleh maki-maki gue sekarang.

Gue engga mau menghina siapa-siapa ya disini, gue cuma mengomentari apa yang terjadi dengan pola pikir masyarakat di sekeliling gue yang sering gue obrolin sama temen-temen gue dan kesannya emang timpang. Banyak perempuan yang belagak engga tau apa-apa biar dibilang cute (cih!), belagak lemah, supaya cowok suka sama dia atau ada cowok yang mau sama dia. Tapi pernah kah ada cowok yang mau mengejar ranking tinggi di kelas atau memperjuangkan IP agar cumlaude supaya cewek incerannya jadi naksir ama dia? Mungkin ada, tapi engga kedengeran saking sedikit jumlahnya.


Inget ya, gue engga menyamaratakan semua cowok ke dalam golongan ‘cowok engga becus yang takut macarin cewek berkualitas karena takut diinjak-injak’. Gue percaya di luar sana masih ada para lelaki yang pantas untuk kalian idam-idamkan atau kalian incar, ladies! (Walaupun gue engga tau pasti rasio jumlah lelaki idaman dan lelaki bukan idaman itu berapa banding berapa, tapi pasti ada)Percayalah, mereka masih ada. Karena temen sekantor gue pas lagi magang adalah para lelaki yang smart dan keren kok. Tenang. Pasti di tempat lain masih ada yang kayak begitu, atau bahkan lebih baik dari mereka. Trust me.


Jangan takut ngga kebagian cowok sampe lo rela nerima cinta cowok abal-abal atau rela ngasih segalanya demi cowok (dari golongan mana aja) yang belom tentu diciptakan buat lo (tau kan maksud gue dengan kata ‘segalanya’?! Karena beberapa temen gue udah terperosok dan terluka dalam). Don’t do that. Just don’t!


Gue sebenernya masih pengen ngelanjutin nulis tentang man-woman relationship, especially about some personality traits that men like in a woman, how to get his attention, or how you can be attractive to men, but… I just can promise you I’ll post it within a week.

 
So keep waiting a bit more!