Pretending to be Weak and Dumb = Makes You More Attractive to Men???
Think Again!
Well, fakta bahwa gue udah lulus mengundang banyak tanya:
mau kerja dimana lo abis ini? Balik ke Jatim atau mau kerja di area Jabodetabek
aja?
Ya, itu adalah pertanyaan yang wajar dilontarkan pada
mahasiswa yang baru dinyatakan lulus, meskipun masih menunggu wisuda. Pertanyaan-pertanyaan
kaya gitu sih biasa gue jawab dengan baik, meningat gue juga udah ada tawaran
pekerjaan dari salah satu perusahaan serat fiber sintesis di negeri ini.
But, salah satu pertanyaan yang gue engga suka jawab adalah
pertanyaan yang ngajakin ribut. Nanyanya nyinyir: “Udah punya pacar?” “Kapan
merit?” “Sekolah mulu, punya cowoknya kapan?” “Sekolah ketinggian nggak takut
apa kalo cowok-cowok akhirnya jadi pada takut?”... dan sebangsanya
sodara-sodara sebangsa dan setanah air…
Silahkan ketawa dulu bagi kalian para perempuan masa kini
yang sering dapet pertanyaan yang ngajak berantem begini. Jangan dianggap
serius pertanyaan dan komentar kaya begitu, wahai sodari-sodari sekalian kalau
kalian masih kuliah atau masih sibuk dengan karir atau kalian yg sibuk dengan
karir untuk memenuhi pundi-pundi agar bisa lanjut ke pendidikan yg stratanya
lebih tinggi.
Gue juga punya tetangga reseh kaya gitu kok. Gue cuekin aja,
ntar juga mati sendiri, eh, capek sendiri.
Gue ngga terlalu paham bagaimana masyarakat kita memandang
perempuan. Iya, emansipasi sih emansipasi, katanya perempuan udah punya hak
yang sama dengan laki-laki dalam hal pendidikan dan peran di ranah public seperti
pekerjaan, dll.
Itu kan katanya lho ya, katanya begitu. Dan iya, semua
perempuan bisa sekolah dan bekerja sekarang. Peran perempuan dalam pemerintahan
negara juga udah ada.
But when it comes to woman-man relationship, apakah
emansipasi masih dianggap ada? Pada kenyataannya masih ada kekhawatiran “tar
cowok takut sama lo kalo pendidikan/jabatan lo ketinggian!” Bukankah ini tanda
bahwa masyarakat kita masih menghendaki agar perempuan tetap berada di tingkat
yang lebih rendah dibanding laki-laki? Memang tidak semua orang seperti itu.
Orang tua gue misalnya, nggak pernah melontarkan pertanyaan-pertanyaan
maha-gak-penting kaya yg gue tulis di atas ketika gue bilang mau berhenti
ngajar buat ngelanjutin ke pascasarjana, atau mau kerja dimana dan mengejar
posisi apa. Tapi rupanya masih ada juga golongan masyarakat yang pola pikirnya
belum diemansipasi.
Hahahahapaan sih?!
Iya kan? Sekarang perempuan udah tau hak-hak dia dan melek
akan kesetaraan, tapi apa gunanya kalau lingkungan tidak memberikan kesempatan
pada perempuan untuk memenuhi hak-hak dan mencapai posisi yang setara?
Oke, gue ngga berbicara sebagai seorang feminis ya. Gue
berbicara sebagai perempuan biasa yang terheran-heran dengan apa yang ada di
sekitar gue. Gue emang berasal dari daerah. Kalian boleh sebut gue ‘gadis desa’
atau ‘gadis kampung’. Bahkan setelah gue kuliah di kota pun, masih ada kok
fenomena ‘orang-orang yang mengaku modern/orang kota yang menempatkan perempuan
sebagai makhluk yang kudunya ada di ranah domestik doang’. Salah satu orang
yang mengaku modern, lelaki masa kini lah, apalah sebutannya, secara eksplisit
menyatakan di depan muka gue, “Yaelah buat apa sih lo kuliah sampe
pinter-pinter banget, cewek itu ujung-ujungnya pasti dandan, masak, sama bikin
anak.”
Y’know what I felt guys?!
Yak betol! Sakit hati!
Contoh lain nih ya, pengalaman perihbadi, eh, pribadi temen sekosan gue waktu gue masih ngambil S1 di Brawijaya, sebut saja namanya Karmila (pengalaman buruk gaes, jadi disamarkan, biar gak mengorek luka lama). Karmila ini junior gue juga di Sastra Jepang, cakep, langsing, unyu, agak-agak oriental, kalo ketawa matanya keliatan nyisa segaris doang, pekerja keras, namun sayangnya jatuh ke tangan cowok banci yang enggak terima kalo Karmila ini kuliah S1, sementara si cowok ini pendidikannya lebih rendah daripada Karmila. Jadi, Karmila sering cerita bahwa cowok ini sering menekannya dengan kalimat, "Kamu tuh sibuk terus sama kuliah, mau jadi apa sih?! Gimanapun juga kamu tuh cuma bakalan jadi istri aku, Aku kok yang cari uang, bla bla bla..." Itu cuma salah satu kalimat yang gue inget. Dan Karmila terus ditekan dengan kalimat sebangsa dan semacam itu, cuma kosa katanya aja lain. Hingga pada suatu hari gue cuma bisa bilang, "Karmila, putusin pacarmu, dan kuliahlah dengan tenang. Kuliahmu cuma bakalan semrawut engga karuan kalo kamu masih berhubungan sama dia. Pikirin perasaanmu, pikirin kebahagiaanmu..." Lalu mereka putus entah kapan tepatnya dan pas gue jelang wisuda S1, Karmila jadian sama temennya sendiri, cowok yang kuliah di Poltek Negeri deket kampus kita. Saat itulah pertama kalinya gue ngerasa bahagia atas putusnya temen gue *evil grin
Tapi dengan pola pikir kaya gitu, gue engga heran kalo
banyak cewek yang mau belagak bloon (entah Cuma belagak atau emang bloon
beneran ya) hanya agar bisa diterima oleh cowok. Cuma sedikit cewek yang bertindak kaya Karmila, nurutin akal sehatnya. Karena katanya cewek yang
terlihat lemah dan engga tau apa-apa, dengan muka polos dan pandangan mata
kosong, jauh lebih menarik di mata cowok. Katanya loh ya, katanya, mereka
keliatan lebih imut daripada cewek yang keliatan smart, dan strong. Ini katanya
loh ya. Soalnya beberapa temen cewek gue selalu menyarankan ke gue supaya gue
engga tampil dengan dandanan yang keliatan intelek dan ngga banyak bicara atau berpendapat yang menyangkal pendapat cowok karena itu akan bikin cowok merasa kalah debat, dll. Itu semua menurut mereka bisa bikin gue cepet
punya pacar. Iiiiuuuh!!!!
Trus gue musti tampak polos-polos bloon gitu? Yang kalo
diajakin ngomong dikit-dikit bilang, “Apaan ya? Aduh aku ngga terlalu ngerti…
Aku ngga paham…. Aku ngga bisa…” Iiisshhh!!! Cewek-cewek kayak gini ini
biasanya tipikal ‘yes woman’. Iya iya aja sama apa yang dibilang sama cowoknya.
Sori, gue engga bisa. Buat gue, cewek bodoh ya buat cowok
bodoh.
Kok gitu?
Lo bayangin aja, kenapa cowok, kalo emang dia cowok
berkualitas, pinter, dan berpikiran maju, kenapa dia mencari cewek lemah, engga
bisa apa-apa, berpendapat aja ogah-ogahan, penakut, bodoh?
Jawabannya Cuma satu:
karena cowok tersebut ngga pinter-pinter amat, engga keren-keren amat, engga
berkualitas-kualitas amat.
Intinya gini: kalo cowok yang ngga pinter-pinter amat, engga
keren-keren amat, engga berkualitas-kualitas amat itu mengincar cewek yang
pinter, kuat, kritis dan berkualitas, apa yang terjadi? Ya si cowok
terinjak-injaklah! Makanya cowok dimana-mana nyari cewek yang levelnya di bawah
dia. Kalo dia cowok biasa aja, karirnya engga bagus-bagus amat, atau malah
pengangguran (maaf), atau masih mahasiswa yang ngga pinter-pinter amat atau
malah mahasiswa yang lulusnya lama karena blibet skripsi/ada mata kuliah yang
engga lulus-lulus (aduh, maaf lagi), ya bakalan nyari pacar berupa cewek yang
modelnya kaya dia juga, atau malah di bawah dia.
Supaya dia merasa manly, tetap jantan, atau lebih tepatnya
tetap merasa superior?
Betul sekali. Superioritas adalah hal yang sangat penting
bagi kaum adam.
Elo cewek-cewek smart, akademisi, atau wanita yang karirnya
bagus engga akan dideketin lelaki macem begini (dan gue yakin kalian engga
bakalan mau juga punya hubungan special sama lelaki model begitu). If you are an intelligent
woman and there’s a guy who is scared of your intelligence, then, just scare him
away! Read it once more, just scare him away and get him outta your face! Lo
ngga bener-bener mau dideketin sama cowo pengecut yang takut sama intelegensi
lo kan?! I know that you know that you want to find a guy who matches your
level of intelligence. So why do you waste your time to act stupid in front of
men just to get their attention?
This is so simple. You meet a guy, you talk to him, share your thoughts/opinions (of course, you’ll always have some reasons/facts behind your
thoughts which shows that you’re not a dumb girl), and see, if he is scared, leave him. He’s not
for you. Atau, lo nggak perlu berbuat apa-apa, biasanya cowok yang udah tau
level dia ada di bawahnya cewek, dia akan menarik diri kok. It happens a lot to
me. Sering banget begitu gue buka gue siapa atau udah pernah sharing opini sama
gue atau tau pola pikir gue, jadi jarang texting (padahal frekuensi textingnya
cukup tinggi ketika mereka cuma tau bahwa gue hanya sekedar cewek, tanpa tahu
di belakang nama gue ada MSi, gue kuliah dimana, gue kuliah dgn beasiswa Japan
Foundation), bahkan ada yang ilang kaya masuk lagi ke perut nyokapnya, eh,
ditelan bumi.
Yak, bagi para lelaki yang tersinggung, kalian boleh
maki-maki gue sekarang.
Gue engga mau menghina siapa-siapa ya disini, gue cuma mengomentari
apa yang terjadi dengan pola pikir masyarakat di sekeliling gue yang sering gue
obrolin sama temen-temen gue dan kesannya emang timpang. Banyak perempuan yang
belagak engga tau apa-apa biar dibilang cute (cih!), belagak lemah, supaya
cowok suka sama dia atau ada cowok yang mau sama dia. Tapi pernah kah ada cowok
yang mau mengejar ranking tinggi di kelas atau memperjuangkan IP agar cumlaude
supaya cewek incerannya jadi naksir ama dia? Mungkin ada, tapi engga kedengeran
saking sedikit jumlahnya.
Inget ya, gue engga menyamaratakan semua cowok ke dalam
golongan ‘cowok engga becus yang takut macarin cewek berkualitas karena takut
diinjak-injak’. Gue percaya di luar sana masih ada para lelaki yang pantas
untuk kalian idam-idamkan atau kalian incar, ladies! (Walaupun gue engga tau
pasti rasio jumlah lelaki idaman dan lelaki bukan idaman itu berapa banding
berapa, tapi pasti ada)Percayalah, mereka masih ada. Karena temen sekantor gue pas
lagi magang adalah para lelaki yang smart dan keren kok. Tenang. Pasti di
tempat lain masih ada yang kayak begitu, atau bahkan lebih baik dari mereka. Trust
me.
Jangan takut ngga kebagian cowok sampe lo rela nerima cinta
cowok abal-abal atau rela ngasih segalanya demi cowok (dari golongan mana aja) yang
belom tentu diciptakan buat lo (tau kan maksud gue dengan kata ‘segalanya’?! Karena
beberapa temen gue udah terperosok dan terluka dalam). Don’t do that. Just don’t!
Gue sebenernya masih pengen ngelanjutin nulis tentang
man-woman relationship, especially about some personality traits that men like
in a woman, how to get his attention, or how you can be attractive to men, but…
I just can promise you I’ll post it within a week.
So keep waiting a bit more!
No comments:
Post a Comment