Tuesday, December 29, 2015

MEDITASI ZEN BAGI MANUSIA JEPANG SEBAGAI USAHA MEMPERTAHANKAN KESADARAN DALAM DINAMIKA KEHIDUPAN MODERN


Oleh: Rizki H. Valentine
Kajian Wilayah Jepang UI

“Zazen is an activity that is an extension of the universe.
Zazen is not the life of an individual, it's the universe that's breathing.”
--Dogen Zenji

Masyarakat Jepang dengan teknologi dan kehidupan ekonomi yang terus berkembang semakin disibukkan dengan hal-hal yang berbau duniawi seperti pekerjaan. Apalagi ditambah berbagai problem sosial, demografi, ekonomi, hingga persoalan pemerintahan. Hal tersebut membuat manusia hidup tanpa menyadari secara utuh bahwa mereka bisa menyatu dengan alam. Dengan demikian manusia hanya hidup dalam kelimpahan harta dan uang, namun hatinya penuh penderitaan, rasa takut dan rasa benci[1]. Manusia mulai kehilangan orientasi hidup karena sudah terlanjur bergantung pada teknologi dan barang-barang ciptaan sendiri. Tak heran, tingkat bunuh diri, stress, depresi dan beragam penderitaan batin lainnya semakin meningkat.
Di tengah kesibukan duniawi, meditasi merupakan salah satu cara untuk memperoleh ketenangan dan mencapai pandangan terang secara spiritual. Meditasi adalah jalan pintas untuk mencapai pencerahan. Para guru spiritual menyatakan bahwa meditasi, dalam banyak tradisi, memang sangat dianjurkan. Terutama dalam Buddhisme.  
Orang Jepang modern melakukan meditasi karena adanya kesadaran bahwa batinnya dalam keadaan tidak aktif karena yang bersangkutan merasa tidak memerlukannya atau tertutup oleh rangsangan mental yang berorientasi kepada hal-hal yang bersifat materi dan keduniawian. Bathin atau hati nurani dapat diaktifkan dengan jalan meditasi, melatih diri terhadap kepekaan akan hal-hal yang non fisik misalnya tentang kecenderungan pikiran, emosi dan perasaan diri sendiri maupun orang lain. Dan juga kepekaan terhadap kejadian alam semesta yang tidak kasat mata[2].
Masyarakat Jepang, meskipun tidak secara kaku dan tidak fanatik memeluk agama Budha saja, mereka masih mempercayai spiritualitas Budha dan dewa-dewa dalam ajaran Budha, termasuk bagaimana usaha mencapai ketenangan, pencerahan dan nirvana.
Ada dua pendirian dalam Budhisme Jepang  yaitu :
1.   Mencapai kelepasan dengan usaha sendiri. Pendirian inilah yang disebut Zen Budhisme.  Pengikut Zen berusaha mencapai ilham tertinggi dengan kontemplasi (latihan-latihan rohaniah yang mendalam). Untuk itu orang yang berkontemplasi harus dapat mendisiplinkan diri serta memiliki ketenangan batin setinggi-tingginya.
2.  Sedang dipihak lain ingin melepaskan diri atas dasar kepercayaan bahwa kelepasan itu dapat ditolong oleh yang maha gaib (dewa-dewa).
Dalam Buddhisme, Zen sendiri memiliki tiga arti yang berbeda namun berkaitan :
1.    Zen berarti meditasi. Zen adalah istilah Jepang mengungkapkan Bahasa Cina Chan, yang berarti ditelusuri,  berasal dari bahasa Sansekerta Dhyana.
2.    Zen adalah nama dari kekuatan absolut atau realitas tinggi yang tidak dapat disebutkan dengan kata-kata.
3.    Zen adalah pengalaman mistis akan keabsolutan kekuatan tersebut, suatu kesadaran tiba-tiba dan diluar batasan. Pengalaman mistis ini biasanya disebut kesadaran atau Wu dalam bahasa Cina dan Satori dalam bahasa Jepang.
Zen menuntut pengalaman langsung - bukan hasil pemikiran teori atau hasil menjalankan suatu ritual tertentu. Satu-satunya 'iman' yang dituntut dari seorang praktisi Zen adalah keyakinannya pada pencerahan Siddharta. Meditasi harus dijalani dengan tubuh sendiri - bukan dengan pikiran atau yang lain. Dogen Zenji pernah mengatakan : 'Dalam tubuh yang tak lebih dari dua meter inilah - seseorang dengan ketekunan akan menemukan Buddha!'
Seorang guru Zen, Dogen Zenji mengatakan, "Untuk mempelajari jalan hidup Buddha adalah dengan mempelajari diri sendiri. Mempelajari diri dilakukan dengan melupakan diri, dan kita bisa melupakan diri dengan tercerahkan oleh puluhan ribu hal lain." Aliran Zen sendiri berpendirian bahwa kepribadian-Budha itu hidup membenam dalam diri manusia, dan melalui renungan di dalam semadi, maka kepribadian Budha itu dapat dilihat. Isi kepribadian-Budha itu ialah kekosongan (sunyata), yakni, kosong dari setiap ciri-ciri khusus. Alam lahir dengan seluruh ciri-ciri khusus itu Cuma tipuan-khayal (maya) belaka. Jalan satu-satunya bagi mendekaati kebenaran terakhir itu ialah melalui meditasi, yang terbagi dalam dua macam:
1. Tathagatha-Meditation, yaitu cara samadhi dari Budha Gautama, mempergunakan kodrat-kodrat renungan.
2. Patriarchal-Meditation, yaitu cara samadhi yang diajarkan Patriach Bodhidarma, meniadakan pemikiran dan memusatkan kesadaran rohani bagi mencapai kepribadian-Budha.
Meditasi Zen merupakan salah satu meditasi yang populer di Jepang, bahkan di seluruh dunia. Ini adalah meditasi yang banyak dilakukan oleh orang Jepang, baik orang biasa atau para rahib. Zen Buddhisme, merupakan salah satu bentuk ajaran Buddha yang menekankan pada pengalaman hidup dan meditasi dalam kehidupan sehari-hari. Zen meditation adalah disiplin meditasi yang praktisi lakukan untuk menenangkan tubuh dan pikiran, dan agar dapat cukup berkonsentrasi untuk mengalami wawasan terhadap sifat eksistensi dan dengan demikian mendapatkan pencerahan. Zazen dianggap sebagai inti dari praktek Zen. Tujuan dari zazen tak hanya duduk, yaitu menangguhkan semua pemikiran yang menghakimi, dan membiarkan kata-kata, ide, gambar dan pikiran lewat tanpa terlibat di dalamnya. Dalam duduk bermeditasi, seseorang harus menjaga keseimbangan posisi dan postur tubuh serta mengatur keluar masuk udara pernapasan[3].
Meditasi Zen adalah cara utama untuk mendapatkan pengalaman langsung dengan realitas tertinggi, dan mungkin orang yang melaksanakan meditasi akan mengalami pemahaman realitas kosmis ini dalam situasi yang penuh inspirasi saat mengalami kesadaran spiritual. Zen Buddhisme memberikan fokus pada meditasi untuk mencapai penerangan atau kesempurnaan dengan menghilangkan rasa marah, kesal, dan ego dengan jalan mengosongkan dan menata kembali pikiran.  Ajaran ini mengajarkan bahwa seseorang harus menemukan pengertian tentang kehidupan meski tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. 
Ada beberapa aliran Zen, akan tetapi dalam tulisan ini hanya aliran yang berkembang pesat di Jepang saja yang akan diulas. Di Jepang, hanya aliran Rinzai dan Soto yang mendasari perkembangan Zen. Tokoh-tokohnya adalah Eisai (pendiri Rinzai) dan Dogen dan Keizan (Pendiri aliran Soto). Tradisi Rinzai berdasarkan pada disiplin yang ketat yang didisain untuk mengartikulasikan penciptaan mental. Koan atau pertanyaan yang membingungkan dan susah untuk dijawab merupakan aspek yang sangat penting dan ketetapan hatinya, melampaui alam intelek, yang memimpin langsung untuk ke pengalaman tentang Satori dan terbangunnya kesadaran (awakening).
Sementara itu, tradisi Soto bertujuan melampaui segala sesuatu untuk berkonsentrasi dan merenungkan kehidupan Sang Buddha, mengikuti keseharian Sang Buddha, rasa syukur yang bertambah setiap harinya terhadap keberadaan sehari-hari, tanpa mengharapkan apa pun yang biasa. Esensi dari Soto adalah Shikatanza, duduk dan hanya duduk. Dengan Master Dogen (1200-1254) tradisi Soto dan esensi Buddhisme mencapai satu level kematangan dan ketelitian yang susah untukd iatasi pada saat yang lain. Masterpiecenya, “Shobogenzo” merupakan karya yang sangat diperlukan untuk memahami Buddhisme dan esensi dari seluruh Peradaban Timur.
Ada tiga tahap yang biasa ditempuh dalam meditasi Zen Buddhisme yakni mengambil posisi zazen yang berarti meditasi duduk, yaitu sikap merenung yang mendalam dengan cara diam berjam-jam dan bahkan berhari-hari. Sikap ini dilanjutkan dengan Koan yang berarti konsentrasi akan suatu masalah tertentu, suatu masalah yang sulit yang sebenarnya tidak bisa dijawab, tetapi bisa direnungkan[4]. Kemudian dilanjutkan dengan 'Sanzen', yaitu bimbingan mengenai soal-soal meditasi. Bila ketiga jalan ini dapat dijalankan dengan baik, seseorang akan memasuki keadaan pencerahan yang disebut 'Satori', yaitu suatu situasi santai yang baru dirasakan sebagai suatu pengalaman intuisi dan pengalaman mistik bahwa ia mencapai keseimbangan sempurna.
Tujuan akhir yang didapat dari Zen Buddhisme itu sendiri adalah untuk mengakhiri penderitaan dalam kehidupan dengan memutus sebab-akibat samsara untuk  mencapai keadaan kedamaian sempurna, yakni Nirvana[5]. Untuk itu, Zen menganjurkan agar pertama-tama, orang-orang mencari sifat diri, dengan cara:
1.     Mengkaji Zen melalui keragu-raguan
2.     Mencari penyadaran melalui perenungan.
3.     Mempelajari Zen dengan bertanya dan penuh rasa ingin tahu.
4.     Menyadari Zen melalui pengalaman pribadi.
Zen telah mempengaruhi kehidupan keseharian orang-orang Jepang. Pengaruh ini dapat dilihat pada kehidupan Jepang seperti: Makan, berpakaian, kaligrafi, arsitektur, teater, musik, taman, dekorasi dan lain sebagainya. Termasuk hari ini, ketika banyak orang Jepang tidak mengetahui apa Zen Buddhisme secara teoretis dan mendalam, perilaku keseharian mereka dan ekspresi-ekspresi mereka menunjukkan pengaruh ajaran ini di Jiwa Jepang. Contohnya saja mereka mendekorasi taman dengan gaya Zen yang mewakili kesederhanaan dan ketenangan jagad raya. Mereka secara tidak sadar mencerminkan ajaran Zen Buddhisme dalam kekhusukan upacara minum teh. Tidak hanya itu, masih banyak orang, terutama atlet yang ingin mencapai kesempurnaan dalam seni bela diri seperti kendo, judo, karate melalui praktek Zazen. Praktek ini ideal bagi cara hidup petarung karena menekankan pada ketenangan, kewaspadaan, dan kerelaan dalam menghadapi kematian[6].
Karena di Jepang tidak mengenal hari libur keagamaan, upacara-upacara yang berbelit-belit kurang dilaksanakan. Orang cenderung melakukan pembakaran dupa wangi dan lilin pun hanya sekali-sekali ketika mereka bermeditasi Zen. Mereka juga mengulang Sutra, namun hal itu bukan merupakan suatu keharusan. Dalam kehidupan masyarakat Jepang yang kebanyakan sangat sibuk bekerja, berinovasi, dan menggerakkan ekonomi negara, meditasi dan ketenangan mencapai pencerahan tertinggi dalam ajaran Zen Buddhisme sangat dibutuhkan untuk meredam kekacauan mental karena kehidupan duniawi. Jiwa Budha berusaha dibangkitkan dalam ruh masing-masing individu untuk menjaga dan terus memelihara kesadaran dan keseimbangan kehidupan.


DAFTAR REFERENSI
Bdk, Funk, Rainer, Entfremdung heute Zur gegenwärtigen Gesellschafts-Charakterorientierung, Tagungsbeitrag bei der Tagung der Internationalen Erich-Fromm-Gesellschaft zum Thema Rebellen, Reformer und Revolutionäre – Karl Marx und Erich Fromm in Trier vom 29. Juni bis 1. Juli 2007. Erstveröffentlichung in: Fromm Forum, Tübingen (Selbstverlag) 2008, S. 55-66.
Bodhidharma, The Zen Teachings of Bodhidharma, North Point Press, New York, 1987, hal. 79Chung-Yuan, Chang, Original Cha’n Teachings of Buddhism, Random House, New York, 1971, hal. 4.
Watts, Alan, The Way of Zen, Pantheon Books, New York, 1957, Bagian dua: Principles and Practices.
Suzuki, Shunryu, Zen, Zen Mind, Beginner’s Mind,Weatherhill, New York, 1970, hal. 21.
Heine, Steve,Opening a Mountain, Oxford University Press, Oxford, 2002, hal. 25.
Hoover, Thomas, Zen Experience, hal. 78.
Hoover, Zen Experience, hal. 140-154.
Sekkei , Harada. Hakikat Zen.Jakarta.PT.Gramedia Pustaka Utama.2003
Suzuki, Shunryu, Branching Streams Flow in the Darkness: Zen talks on the Sandokai, The Regent of the University of California, California, 1999, hal. 28.
Zen & Martial Arts. < http://zen-buddhism.net/martial-arts/zen-and-martial-arts.html>




[1] Bdk, Funk, Rainer, Entfremdung heute Zur gegenwärtigen Gesellschafts-Charakterorientierung, Tagungsbeitrag bei der Tagung der Internationalen Erich-Fromm-Gesellschaft zum Thema Rebellen, Reformer und Revolutionäre – Karl Marx und Erich Fromm in Trier vom 29. Juni bis 1. Juli 2007. Erstveröffentlichung in: Fromm Forum, Tübingen (Selbstverlag) 2008, S. 55-66.
[2] Sekkei , Harada. Hakikat Zen.Jakarta.PT.Gramedia Pustaka Utama.2003
[3] Watts, Alan, The Way of Zen, Pantheon Books, New York, 1957, Bagian dua: Principles and Practices.
[4] Albert Low. Zen and The Sutra. Jogjakarta.Ar-ruzz Media.2000. hal, 98
[5] Bodhidharma, The Zen Teachings of Bodhidharma, North Point Press, New York, 1987, hal. 79.
[6] Zen & Martial Arts. < http://zen-buddhism.net/martial-arts/zen-and-martial-arts.html>

1 comment: