"One good thing about music, when it hits, you'll feel
no pain."
Bob Marley
Yak, gara-gara banyak masyarakat Indonesia sempet bereaksi cukup
beringas menanggapi kemunculan lagu ‘BAD’ yang dinyanyiin sama Young Lex dan
Awkarin, gue jadi inget sama tulisan gue tentang musik yang pernah masuk di
majalah sekolah pas gue SMP. Ya Tuhan, itu udah berapa tahun yang lalu ya, dan
coret-coretannya masih ada di balik kutang jadi gue pernah post di blog
gue yang lama, dan sekarang gue repost di blog gue yang ini.
Lo punya blog selain ini?
Iya, pas jaman gue masih kuliah di Universitas Brawijaya,
gue punya blog yang isinya adalah sampah ocehan absurd gue, tugas kuliah (yang
gue pamerin), becandaan dan lawakan tentang temen-temen kuliah, dan hal-hal
lain yang ga jelas. Jadi gue hentikan ngeblog selama beberapa saat karena lulus
S1 gue udah sibuk jadi guru dan siap-siap ngambil pascasarjana di UI. Mungkin
sekarang blog itu udah penuh sarang laba-laba saking lamanya engga gue update.
Trus, lo sekarang mau ngomongin lagunya Young Lex sama
Awkarin?
Tentu saja TIDAK.
Tadi itu gue Cuma basa-basi ngomong kalo itu manusia
berdua yang nyanyiin lagu dan akhirnya dapet dislike 3 kali lipat lebih banyak
daripada jumlah like-nya (entah mungkin sekarang udah jadi 4 kali lipat) menuai
reaksi dari masyarakat yang protes karena banyak hal, yang katanya instrumennya
sama kaya Blessing-nya Big Sean lah, ada yang bilang mirip kaya Doctor Pepper-nya
CL lah, yang liriknya merupakan pembenaran dari kenakalan mereka lah, yang
memberi efek negatif lah, ada yang mempermasalahkan karena engga dikasih age
restriction lah, dll. Dan itu yang bikin gue pengen ngobrolin musik di sini. Tolong, jangan nanya mulu sebelum gue beres ngetik ulang artikel gue.
Faktanya, orang orang bilang kalau musik itu bagian dari
hidup kita. Emang nggak salah sih, soalnya menurut psikolog asal Inggris (yang
sampai sekarang gue lupa namanya) bilang bahwa pada umumnya manusia punya
perasaan musikal. Pernah denger kan kalo bayi yang ada dalam kandungan nyokapnya
bakalan terpengaruh sama musik apa aja yang didengerin nyokapnya. Makanya
banyak tante tante hamil yang demen dengerin musik klasik buat pertumbuhan dan
perkembangan otak si kecil.
Faktanya lagi, musik jadi alat komunikasi non verbal yang
universal. Banyak banget orang yang suka sama sebuah lagu tanpa peduli dengan bahasa
apa lagu itu dinyanyiin. Itulah uniknya, apapun bahasanya, minumnya teh
botol sosro, kita tetep suka asalkan melodinya pas di kuping dan ngegaet
hati. That's why musik jadi alat perdamaian. Musik bisa kampanye damai?
Maksudnya, liriknya menggugah perdamaian. Nah, abang abang di Coldplay dan Blue
juga demen nyanyiin lagi beginian.
Fakta ketiga, musik itu pengaruhnya sampe ke otak sampe ke hormon. Coba dengerin Hips Don't Lie-nya Shakira atau Lose My Breath-nya tante tante Destiny's Child. Gak tahan pengen goyang deh. Kenapa? Emang, nada nada suara yang ada dalam musik tertentu bakan ngeaktifin sejumlah titik pada sistem syaraf manusia yang berhubungan langsung dengan pusat pusat mtivasi loh! Jadi bisa membangkitkan perasaan perasaan tertentu gitu. Atlet-atlet yang mau tanding biasanya di support pake theme song-nya sendiri sendiri biar semangat. Nah terus buat suasana khidmat kayak upacara pemakaman pahlawan, kita bisa dibikin merinding ngeri dengerin lagu Gugur Bunga.
Then, dari penelitiannya Om Julius Portnoy; musik itu bisa
mengubah laju metabolisme badan dan punya pengaruh ke energi juga. Bisa
dibuktikan! pas kalian baru kelar kuliah, sekolah, atau les, capek dan langsung
leha leha sambil dengerin musik kalem, nggak usah nunggu lama lama, kalian
pasti zzzzzzz....zzzzzz. Ketiduran!
Nggak aneh kok, musik emang ngebawa efek. Musik yang kalem
ya menenangkan soalnya merangsang terbentuknya hormon endorfin. Kalo dihasilkan
dalam jumlah banyak, perasaan rileks yang ditimbulkan akan menjurus ke arah
ngantuk, guys. Semacam musik klasik, kalo didengerin selama 30 menit, bakalan
menghasilkan efek yang sama dengan minum satu dosis valium. Nggak heran lagi kan
kalo banyak pasien yang ngalamin tingkat stres tinggi dianjurkan buat terapi
pake musik.
Pernah denger istilah musik destruktif? Kenal kan sama musisi yang diembel-embeli peringatan di albumnya pake kalimat 'Parent Advisory, Explicit Content'. Contohnya kayak Mas Eminem, Marylin Manson, Limp Bizkit dll. Gara garanya sih dinilai menawarkan musik destruktif yang punya efek merusak generasi muda, guys. But, ada yang bilang nggak ada yang namanya musik destruktif. Musik mereka yang bagi sebagian orang kedengeran kacau balau gak karu karuan sampe bikin genteng rumah goyang justru jadi terapeutik buat sebagian orang lain. Itu mah cuma masalah toleransi kuping aja sih.
Meskipun penelitian bilang kalo efeknya lebih karena ritme,
kok gue engga sependapat ya. Logikanya, ketika musik dijadikan alat untuk
menyerukan perdamaian lewat liriknya, berarti hal-hal negatif yang diserukan
lewat lirik lagu, juga berpotensi untuk mensugesti pikiran orang untuk
melakukan sesuatu yang negatif. But, kita juga sebagai pendengar musik kudu
ngerti dong mana yang bener dan mana yang salah. Kayaknya nggak lucu aja kalo
kita yang udah pada gede gini ikut melakukan tindakan yang nggak baik gara gara
denger lagu yang liriknya aneh aneh padahal kita paham kalau itu nggak benar. Kalo menurut CA Torres, yang rentan kena
pengaruh negatif dari musik tuh justru orang yang nggak sadar sama apa yang dia
dengerin, guys.
Jadi lagunya Young Lex sama Awkarin itu merusak gak?
Yah, kenapa lo jadi ngebahas mereka lagi? Gue ngga hobi dengerin
lagu-lagu mas mas yang punya distro itu, dan gue karena udah dewasa, gue nggak
terpengaruh apa-apa termasuk nakal ‘yang dalam batas wajar’ atau apalah. Buat
gue, kalo bisa memilih, gue mending memilih untuk enggak nakal (meskipun dalam
batas wajar dan batasnya dimana gue nggak tau). And, FYI memang gue anak baik, makanya
gue waktu nonton parodinya yang judulnya ‘GOOD’ gue ngakak karena liriknya kaya
balada idup gue #sombongdalambataswajar
Kesimpulannya balik lagi ke yang Torres bilang bahwa yang
rentan kena pengaruh negatif dari musik tuh justru orang yang nggak sadar sama
apa yang dia dengerin. Nah, dari sini, gue agak kuatir kalo anak ABG dan para
remaja belom mateng yang denger bakalan menelan mentah-mentah liriknya
sementara liriknya (yang katanya adalah curhat doang) adalah pembenaran
kelakuan nakal dan berisi beberapa kalimat yang engga beres.
Kalimat engga beres?
Iya, coba liat:
Memang gue anak nakal
Seringkali ngomong kasar
Tapi masih batas wajar
Gimana caranya ngomong kasar yang wajar dengan frekuensi
sering?
Loe semua nilai kita dari luar
Tatoan tapi tak pakai narkoba
Jangan nilai kami dari covernya
I know that tattoo is a form of art. Tapi kalimat baris
kedua itu, kenapa menyandingkan tattoo dan narkoba dengan kata ‘tapi’ seolah-olah
umumnya yang tatoan itu pada make, trus bikin pengecualian terhadap diri mereka
bahwa mereka tatoan tapi engga pake narkoba.
Don’t judge a book by its cover?
Let us say, lo ke perpus, butuh buku kalkulus buat garap
tugas, apakah mungkin lo ngambil/minjem buku yang sampulnya bertuliskan “Budidaya
Tanaman Tembakau”? Lo pasti ngambil buku yang judulnya ada hubungannya dengan
kalkulus. See, cover does matter. And now, lo ngeliat orang sering melakukan
hal yang di negara lo dianggap tabu, ngumpat pake nama penghuni kebon binatang,
suka nyebut organ vital, doyan hura-hura, apa lo sempat-sempatnya berusaha
berpikir bahwa itu Cuma luarnya, dalemnya pasti dia anak baik, rajin berderma
ke panti asuhan, sering dapet beasiswa, hobi mengkritisi perekonomian negara?
Sempet lo mikir gitu?
Kata fansnya sih lirik itu maksudnya mending engga munafik,
mending berantakan tapi terang-terangan/ga ditutup-tutupi daripada sok
berpenampilan alim tapi bejat. Menurut lo gimana?
Kalo lo masih belom mateng, atau masih ABG, interpretasi
kaya begitu terasa benar. Lalu dengan mudah kalian amini. Tapi bagi kami yang
beberapa tahun lebih tua dan bisa mikir lebih panjang kami akan bilang, “Mendingan
enggak dua-duanya. Mending jadi anak yang berpenampilan baik dan berperilaku
baik juga. Ngapain sih bikin opsi yang dua-duanya negatif?"
Intinya, cover itu penting dan asset lo dalam memperoleh
penilaian dan kesan baik di benak orang yang lo temui. Nggak ada kan perusahaan
yang memberikan dress code bebas saat mau interview calon karyawan? Pasti
formal rapi kan?! Emang lo mau berangkat interview di perusahaan/instansi pake
daster atau sarung? Trus lo waktu dilarang masuk sama security, lo bakal
ngotot, “Pak, jangan nilai saya dari covernya, yg penting kan kemampuan saya!”
Gitu?
Dan silahkan sukai mereka
Yang berlaga baik didepan kamera
Ini lagi?!
Ya jelas di depan kamera orang harus terlihat baik, secara
ditonton sama orang lain, apalagi public figure. Itu wajar. Lo ditonton banyak
orang, dan berpotensi meng-influence khalayak dengan gaya rambut, fashion, gaya
bicara, dan lain-lain, mustinya lebih mawas diri. Menurut gue, sebagai public
figure, model, aktris/actor, penyanyi, semuanya menjual karya dan bakat, bukan
menjual kehidupan pribadi atau aib diri. Memang banyak musisi hebat yang
menjadikan pengalaman pribadi sebagai salah satu karya. Tapi dikemas dengan cara yang baik, bukan pamer kesalahan
lalu minta dimaklumi. Dengan jadi public figure lo udah punya tanggung jawab
moral, jadi yang terlihat baik di depan kamera bukan berarti munafik.
Jangankan di depan kamera, lo pergi kuliah aja musti nyisir
rambut dulu kan?! Apakah itu namanya belagak kecakepan? Orang lain, yang
melihat kita harus kita hormati pengelihatannya, pendengarannya dan perasaannya.
Lo nggak bisa bilang ke orang lain, “Kalo lo ngga suka dandanan gue ya nggak
usah diliat, Nj*ng!” sementara lo seliweran di depan dia. Kecuali kalo lo
siluman, bisa seliweran tanpa keliatan. Kalo suka neriakin organ vital atau nama
hewan, mending lo jadi orang biasa aja yang engga diliat orang senusantara.
Tandanya lo ga siap jadi public figure.
Gue jadi inget salah satu pepatah Jawa:
Ajining dhiri saka lathi, ajining
raga saka busana.
Peribahasa ini ngingetin kita supaya ati-ati sama apa yang
kita ucapkan dan apa yang nempel di badan kita. Orang lain menilai kita dari
apa dan bagaimana kita berucap plus apa yang kita kenakan. Apa iya, orang
bakalan menghargai dan menghormati orang yang doyan ngomong kasar?
Bukannya kita musti menghargai karya orang lain?
Bukan berarti kita dilarang mengkritik kan?! Hayooo.
Tapi fansnya biasanya bilang gini, ‘Emang lo udah bisa
bikin lagu? Karya lo apa?’
Ahahahaha, komentator sepak bola belum tentu bisa main bola
sejago Christiano Ronaldo kan?! Gue bukan haters, tapi gue suka ketawa geli aja
kalo ada orang dibilangin, eh malah bilang begitu. Coba nanya sama para fans, ‘Lo
pernah makan bakso yang engga enak?’ kalo dia jawab, ‘Pernah’. Nah lo tanya
lagi, ‘Emang lo udah bisa bikin bakso? Masakan lo apa?’ Atau tanya kalo dia
masih sekolah, ‘Lo punya guru yang ngajarnya payah/ga enak?’ dia pasti jawab, ‘Punya,
guru mata pelajaran matematika (misal)’. Lo bales tuh, ‘Kurang ajar lo menghina
kemampuan guru ngajar, emang lo udah bisa ngajar matematika? Ijasah lo apa?’
Ini kenapa gue ngajarin orang berantem deh? Cara terbaik
menghadapi fans-fans yang masih labil begitu mendingan gak usah diajak debat
karena orang lain engga bakalan bisa ngebedain mana yang sebenernya bego.
Ada juga yang begini nih, ‘Ah, kaya lo nggak pernah bikin
dosa aja? Kaya lo paling suci/sempurna aja?’
Balasan final fans fanatik yang nyaris mati kutu biasanya begini kalo dinasehatin pake
logika yang bener. Tapi gue engga pernah nasehatin sih, males. Gue tonton aja
komen-komennya berantem ama haters sambil ngopi kalo gue lagi butuh hiburan. Lucu
sih.
Jawabannya, everybody makes mistakes. Nggak ada orang yang
suci adik-adik… But, you’ll learn something priceless from some mistakes you’ve
ever done. It’s good to make mistakes, then regret about it and promise to
never ever do it again another day, instead of being proud of it. Gue punya
salah juga, tapi gue akui itu salah dan jangan sampe gue mengulang kesalahan
itu, bukannya bangga melakukan kesalahan, trus gue ulang-ulang sambil nyari
pembenaran, bisa-bisa hidup gue rusak permanen #amitamit
Udah ah, ntar gue dikira haters yang pengen membedah lagu
trus si empunya lagu kegeeran lagi. Menanggapi fenomena kaya gini sih gue cuma
bisa berdoa ya semoga ABG dan remaja kita engga salah milih panutan.
Dear teenagers, respect your parent (don’t make them ashamed
of you), respect your friends (don’t make them regret to have you as their
friend), respect others (don’t make others ask why God creates you), respect
yourself, be an educated happy healthy smart human being, for your future’s
sake.
With love,
Me
No comments:
Post a Comment