Thursday, November 5, 2015

Gadis Bisu Tuli #1

hujan menuntun gigil dalam kesunyian yang pekat
makin deras, langit menggeramkan guntur setelah
lekuk cahaya tak beraturan membelah langit

kau tak dengar pekikan petir
barang kali kau pun tak pernah dengar betapa hujan
selalu meninggalkan rindu dengan
berisik butirannya merajam genteng, dan
mengeroyok muka bumi
kau hanya menikmati dinginnya di lengan dan kakimu yang
tak terhalang camisol bunga bunga kesayanganmu

gadis bisu tuli,
aku ingin tau seberapa tenang duniamu
senyap
sunyi
duniamu seakan anteng
tak dikotori kasak kusuk
tak dicemari segala macam ungkapan yang
membuat hati penuh luka dan kesumat
tak dirusak oleh ungkapan yang bersinggungan dengan
nurani, pun akal

senangnya,
kau tak perlu menohok siapa siapa sebagai balasan

gadis bisu tuli yang manis,
hujan membasahi senyum di bibirmu yang ranum
air terpercik dari kibasan rambut panjangmu
aku ingin memecah bintang dan menyematkan kerling matamu
di wajah bintang yang cacat

engkaulah warna bagi dunia yang berubah kelabu kala
hujan mengaburkan segala hal dari berbagai jarak pandang
engkau yang mempersetankan segalanya
engkau menjelajah sekaligus merangkum kesenangan dengan
mata dan perabamu

hanya kau, yang kau lihat, yang kau sentuh, yang kau rasa
ada bebas yang rahasia
yang tak butuh lisan tuk bercerita


2014

Dimana Hawa

sebab aku terlalu mempesona
seribu mata memandang
seribu mata nyalang
seribu mata tersilaukan
siapa tak tergoda?

jangan pertanyakan
mengapa Tuhan menjanjikan surga
seluas samudra di tubuh seorang hawa

ketika kau jumpai angsa di pemandiannya
saat purnama
di cahaya itu aku ada
kala kau dengar erangan manusia
yang disiram panas surya
di deritanya aku bertahta

akulah surga, pun neraka

2012

Atheis

reaktor atom,
komputer,
nuklir,
kipas angin,
bahkan sabun mandi:
kebesaran akal budi manusia

denyut jantung,
persendian,
kembang kempis dada
karena respirasi:
alam kah punya kuasa?

di kosmos yang lengang
hanya ada aku seorang
bernafas yang sederhana
lalu mati dengan sederhana
menuruti kebijakan alam:
timbul, berkembang, bersusut, hilang

rohani cuma mimpi
terang budi tak pernah berarti
moralitas hanya mitos suci

di kosmos yang lengang
hanya ada aku seorang
menyangsikan transendensi
yang kabarnya ada
sekaligus mempertanyakan,
apakah kita sedang berdiri di bawah surga yang melompong

2010

Dari Seorang Pencinta

aku mungkin akan menyisipkan wajahmu lewat secercah sinar
yang membias di mimpiku. keajaiban yang tak terbatas antara
jiwa dan semesta. di situlah garis kaki langit merenggang
mengumpulkan mimpi-mimpi yang terperangkap senja. sebuah tempat
untuk menyelundupkan potongan duniamu yang tak terjangkau
oleh segala macam cerita.


2014

Wednesday, November 4, 2015

Hujan Di Awal Bulan

nyaring senandung gerimis di atap rumah
elok tarian tetesan air di kaca jendela
segar bau tanah yang lama dahaga
di pelukan kemarau yang menyala nyala

aku menanti wajah hujan di dekat perapian
tapi ragaku menetap dengan enggan
sebab belum ada beku untuk kucairkan

aku ingat
kita menghentakkan pelukan,
di awal bulan yang kering kerontang
akibat kemarau satu abad silam
menanti hujan, kita tak tahan
kau bilang mendung sudah tak riang

kita merelakan dengan maklum
ditandai dengan senyum yang dikulum

adakah hujan datang tanpa kewajaran?
akankah ia reda sebelum waktu yang ditetapkan?
bilakah ia datang sebagai isyarat,
bahwa kita telah saling kehilangan?

awal bulan ini, gantian hujan merangkumkan namamu
di mana segenap rindu ini tertuju

2013 

Balada Si Bungsu di Depan Tungku

dan lihatlah ketika upik melempar sapu pada buyung. ada api keemasan pecah di mata upik yang semburat menghujam wajah bapak. bapak pergi. buyung ikut. upik sendiri.

upik seorang diri tak sadar telah dijawil jeritan kelelawar yang menggelepar di tikar pandan usang yang siap menjadi panggung penghabisan nyawa. malang nian, kelelawar digoda maut. entah sejak kapan. barang kali sejak memaksakan diri terbang, sayangnya dia cuma kuasa melompat lompat, walau tak pernah lebih dari sejengkal.

mata upik terpejam, mengumpulkan dendam. dia ingin meredam dendam dengan menyuburkan mimpi indah: padang rumput hijau, sapi sapi gemuk, sumur berlimpah air, pohon pohon raksasa yang rindang tempatnya berteduh dan mengintip hujan sambil menari dengan tubuh ringkih yang basah. namun upik hanya melihat sesuatu sekarat satu hasta di depannya.

barangkali upik tak pernah menyenangkan siapapun dengan kemilau dari hitam tubuhnya meski dia punya api dan emas di tiap persendiannya. ingin dia mandikan sekujur tubuhnya dengan kidung sunyi yang khidmat sambil menguping gurauan angin tentang dimanakah letak upik di belantara dunia. upik tak ingin berdusta dengan gemulai malu malu dan santun yang terburu buru. upik tak mau selamanya membersihkan sisa sisa bumbu di piring buyung dan bapak, hanya karena dia punya payudara dibalik baju.

jeritan kelelawar makin manja, mulut kecil bertaring yang merengek pada maut, entah dimanapun dia berada. upik ingin menggarami sayap kelelawar yang berlendir. luka. ia ingin merayu maut tanpa peduli maut mencampakkannya. ia ingin menentukan. ia akan mengatur. ia mau menghukum. ia punya kuasa menyudahi yang ingin dia akhiri. “biar kubantu melepaskan pedihmu.” setiap jengkal tubuhnya bersabda sambil menghalau dingin di depan tungku.

bara merah menyeringai, lalu menarikan geliat api ketika upik merunduk meniup. kelelawar menggelepar. berjingkat. mengejang tanpa perlu menjerit. dalam kedip mata upik yang kesekian, sekarat itu berlalu meninggalkan aroma abu.

malam ini upik membunuh dalam dahaga tahta dan puja yang menggelantung di pundaknya yang lebam ungu.

2011 

Aku

jangan sebut aku bijaksana
aku tak lebih dari sekedar buah setengah masak yang
tanggung di makan

jangan sebut aku cantik
laksana setangkai mawar, aku
masih berwujud kuncup kembang

jangan bilang aku dermawan
jika aku tak memberi, pun menerima

jangan melihatku sebagai pengembara
jalanku baru sehasta demi sehasta
mencari bekal dari belantara
tak tahu kemana harus kembali

jangan katakan aku hidup
sebab aku tak menjangkau kebijaksanaan
sebab aku masih di luar jangkauan ketololan

sebut aku sebagai aku
yang nanar menatap ruang luas tak berbatas
yang letih, selamanya berjalan
memangkas jarak ruang semesta

2013

Aku Yang Setia MenganggapMu Ada Di Antara Kegilaan Yang Nista

ada darah menyemburat
merahnya tumpah menggelegak
ada sukma hilang
bak seekor binatang, dia jadi korban
meregang nyawa sebagai sesembahan
ia pontang panting
lalu terkapar
menggelepar
merintih
menyumpah-nyumpah di ambang kata mati

Tuhan, aku ngeri
kenapa di belantara hitam
aku kauperintahkan berjalan?

Tuhan, aku ingin pulang
adakah tempat lapang di sisiMu sebelum
dunia menggilas habis rasa kebertuhananku?

orang-orang buta kesetanan
iblis dibilang raja
uang dianggap udara
Tuhan dianggap tiada

dunia kian renta
hidup ini ringkih
orang alim yang asli katanya sudah mati
mati jauh jauh hari
banyak orang alim KW super hari ini

kau perintahkan aku tuk terus melangkah, Tuhan?
baik, lagipula penghabisan makin dekat
biar dengan kebahagiaan palsu mereka bertingkah
aku terduduk menyaksikan ketiadaanMu dalam benak mereka
tapi sejatinya kau ada di sana
ikut melihat kegilaan yang nista

aku hanya bisa tengadah
menahan tangis agar tak membuncah


2007

Daun Musim Gugur


andai boleh,
aku ingin terlahir lagi
sebagai daun yang
dilepas ranting
di musim gugur yang hening

aku mau ditiup angin,
mengucap selamat tinggal pada ranting
ingin sekali aku gugur di rambutmu yang molek,
terguling menyusuri pelipis dan pipimu,
lalu terkapar pasrah di pundakmu,
menghirup wangi tubuhmu di detik-detik terakhir hidupku

2013

YOLO?! NO, you live EVERYDAY, and die ONCE!!!

Haha, kenapa judulnya gitu yak? *abaikan please*

Ini adalah blog gue yang nomor sekian. Nggak tau kenapa bikin lagi, tapi yang jelas gue merasa blog-blog gue sebelumnya terlalu random dan gue juga jadi jarang banget update (kalaupun update juga apa sih yang gue tulis? keseharian gue? #bruh gak penting). Lalu blog gue yang dulu, gue delete aja. 

Jadi beberapa hari yang lalu gue sempet mikir kenapa gue nggak mengisi blog gue dengan hal-hal yang gue suka. Apa? Nyanyi? Oh, gue nggak sekejam itu membuat kalian pergi ke spesialis THT karena gue mengunggah video gue bernyanyi (yang hanya terdengar merdu ketika di kamar mandi).

Nulis maksudnya?
Iya...
Bilang dong...
Ya ini gue lagi bilang!

Setelah menemukan folder yang isinya tulisan gue, baik prosa fiksi, puisi, sampai artikel dan opini, gue jadi kepikiran: buat apa gue tulis doang kalo nggak ada yang baca? Itu kan sama aja kaya main bisik-bisikan sama tembok! Kan lebih baik dikasih baca ke orang lain karena gue butuh komentar, teman diskusi, improvement, sharing, dll.

Gue nggak akan curhat di blog kok, tenang aja. You'll never find any unhappy bullshit on this blog, so be thankful to me (ya meskipun banyak yang bilang blog pribadi itu hampir sama kaya diary). Gue bukan tipe orang doyan curhat. Nih blog cuma buat happy-happy aja menyalurkan pemikiran dan bakat gue. Jadi lo bisa pilih di label apa yang mau lo baca, banyak ketegori.


Enjoy!