dan lihatlah ketika
upik melempar sapu pada buyung. ada api keemasan pecah di mata upik yang semburat
menghujam wajah bapak. bapak pergi. buyung ikut. upik sendiri.
upik seorang diri
tak sadar telah dijawil jeritan kelelawar yang menggelepar di tikar pandan usang
yang siap menjadi panggung penghabisan nyawa. malang nian, kelelawar digoda maut.
entah sejak kapan. barang kali sejak memaksakan diri terbang, sayangnya dia cuma
kuasa melompat lompat, walau tak pernah lebih dari sejengkal.
mata upik terpejam,
mengumpulkan dendam. dia ingin meredam dendam dengan menyuburkan mimpi indah: padang
rumput hijau, sapi sapi gemuk, sumur berlimpah air, pohon pohon raksasa yang
rindang tempatnya berteduh dan mengintip hujan sambil menari dengan tubuh
ringkih yang basah. namun upik hanya melihat sesuatu sekarat satu hasta di depannya.
barangkali upik
tak pernah menyenangkan siapapun dengan kemilau dari hitam tubuhnya meski dia
punya api dan emas di tiap persendiannya. ingin dia mandikan sekujur tubuhnya dengan
kidung sunyi yang khidmat sambil menguping gurauan angin tentang dimanakah letak
upik di belantara dunia. upik tak ingin berdusta dengan gemulai malu malu dan santun
yang terburu buru. upik tak mau selamanya membersihkan sisa sisa bumbu di
piring buyung dan bapak, hanya karena dia punya payudara dibalik baju.
jeritan kelelawar
makin manja, mulut kecil bertaring yang merengek pada maut, entah dimanapun dia
berada. upik ingin menggarami sayap kelelawar yang berlendir. luka. ia ingin merayu
maut tanpa peduli maut mencampakkannya. ia ingin menentukan. ia akan mengatur.
ia mau menghukum. ia punya kuasa menyudahi yang ingin dia akhiri. “biar kubantu
melepaskan pedihmu.” setiap jengkal tubuhnya bersabda sambil menghalau dingin di
depan tungku.
bara merah menyeringai,
lalu menarikan geliat api ketika upik merunduk meniup. kelelawar menggelepar. berjingkat.
mengejang tanpa perlu menjerit. dalam kedip mata upik yang kesekian, sekarat
itu berlalu meninggalkan aroma abu.
malam ini upik membunuh
dalam dahaga tahta dan puja yang menggelantung di pundaknya yang lebam ungu.
2011
No comments:
Post a Comment