Saturday, January 2, 2016

あいまいな日本の私

小江健三郎

リズキ ヴァレンタイン

1994年に大江健三郎はノーベル文学賞を受賞する第二日本の著者になりました。日本の経済成長が先細りしたその時まで、その不動産バブルが破裂していた以来、失われた十年として知られるようになったものを国が入っていました。

小江健三郎のあいまいな日本の私という指名受諾演説は第二次世界対戦のせいで憂い幼年時代に始まりました。この受賞スピーチは、子供のように小江健三郎の人生の説明から始まり、いろいろな話、雁たちのことや、懐かしい田舎へ戻るニルスなど、なんとか感情的な気持ちが感じます。そして、小江健三郎はハックルベリー·フィンの冒険と彼は第二次世界大戦の恐怖に包ま世界から現実逃避として使用コメントニルスのふしぎな旅、見とれた方法です。

大江健三郎氏のタイトルにもいう「あいまいな日本の私」は、私、外国人から見て、曖昧なのは社会か、言語か、文化か、外からはいっそう分かりにくいと思います。それから、その「あいまいな国」に対して一般的にはどのようなイメージが私も想像できません。

また、「Japan, the Beautiful and Myself」が出て来ると、大学の時「美しい日本の私」という川端康成の指名受諾演説を読んだことある私は川端は、日本の文化のユニークな資質と美しさを強調するのを思い出しました。その一方、小江健三郎は川端の演説から自身の設定の意図だったと彼自身の文化についていくつかの深刻な予約を表明した。小江はあいまいだけじゃなくて、カタカナのヴエイグとアムビギュイテイーが書き写しました。

川端康成のタイトルと中世の禅の僧侶によって書かれた詩の彼の議論の曖昧さは、彼の受諾演説のタイトルのためのインスピレーションだったと言いました。ただし、小江健三郎が僧侶じゃなくて、彼は詩彼の文章と彼の人生に大きな影響を持っていたアイルランドの詩人、ウィリアム·バトラー·イェイツ、とより親近感があると語りました。

“もしできることならば、私はイェーツの役割にならいたいと思います。現在、文学哲学によってではなく、電子工学自動車生産のテクノロジーゆえに、その力を世界に知られているわが国の文明のために。また近い過去において、その破壊への狂信が、国内周辺諸国の人間の正気を踏みにじった歴史を持つ人間として。
このような現在を生き、このような過去にきざまれた辛い記憶を持つ人間として、私は川端と声をあわせて「美しい日本の私」ということはできません。さきに私は、川端のあいまいさについていいながら、vague という言葉を用いました。いま私は、やはり英語圏の大詩人キャ スリーン・レインがブレイクにかぶせた《ambiguous であるが vague ではない》という定義にしたがって、同じあいまいなという日本語を ambiguous と訳したいと思いますが、それは私が自分について「あいまい(アムビギュアス)な日本の私」というほかにない考えるかなのです.”
(7ページ)

上の引用文が示すことは小江健三郎は非常に川端康成を意識しているようです。小江健三郎は自らをアムビギュアスという「あいまいな」は小江と川端がそうであったものを区別するわけです。

すべての文化や社会や美しさでは、川端康成と小江健三郎の見たことある歴史や、戦争や、経験や、悲しみなどの中で、それらの現在の状態の両方について、日本の美しさは違うかもしれないだろう。ですから、違う立場から見るとにほんはどのような美しいとか、アジアはどのようなエキゾチックは結局違うところがあるかもしれません。

そこまで、あいまいな日本というのは何かと、考えてみると、オリエンタリズムがあたまに浮かんでいます。あいまいやアムビギュアスに関することは西欧がアジアの国に対する見方と意見です。ですから、日本の物理的な美しさ、伝統的な芸術、習慣、町並みなどの人工の美しさのために保持しますこれは確かに産業の発展と人口拡大が過去半世紀の間に巨大な進出してきたその中に日本の自然の美しさ、についても同様です。

しかし、あいまいはその美しさについての話だけではなく、日本と西欧国の東西関係があります。アジアは東洋、西欧はオクシデント。日本は東洋なのに、他のアジアのくにを殖民したことがあります。それでも、オクシデントの国と凄惨な戦争をしました。あのころ、たくさん人々が戦争の残酷さのせいで亡くなりました。それは小江健三郎の戦争がやめてほしいのひとつの理由です。

大江健三郎の態度と日本文化の見解を知らせる曖昧さやアンビバレンス感は明らかにそれが伝えられるところでは前に第二次世界大戦中に日本をリードしてきました気まぐれ収差に関連します。 小江健三郎の場合は、この曖昧な向きは、侵略者になるために日本を押されいました。それはしていないとき時代に、それは逆に、他のアジア諸国からの国の隔離を担当してきました。

小江は、現実逃避として人生のさまざまな苦難を生き延びたかにさらにコメントに進んで、作品を書いていました。日本の内部政策と社会的政権の大江健三郎の批判は、日本が世界各地で平和の維持と回復のためにすべての集団安全保障の行動に従事控えなければならないことです。それから、小説の形で苦しみを表す小江健三郎は日本は憲法の核心に不戦の誓いの必要があります。


以上

Kemurtadan Pastur dalam Novel Chinmoku dan Saichou sebagai
Refleksi Moralitas dan Solidaritas Terhadap yang Tertindas
Sebuah tinjauan intertekstual terhadap dua karya Endo Shusaku
Rizki H. Valentine
Pascasarjana Kajian Wilayah Jepang
Universitas Indonesia


Shusaku Endo (Hidup dan Karyanya)
Shusaku Endo lahir di Tokyo, Jepang pada tanggal 27 maret 1923. Ketika masih kecil, Endo dibawa oleh keluarganya pindah ke Manchuria yang saat itu diduduki oleh Jepang. Pada tahun 1933 saat usianya mencapai sepuluh tahun, orang tuanya bercerai dan Endo dibawa oleh ibunya kembali ke Kobe, kampung halaman ibunya. Saat Endo masih kecil, ibunya telah memeluk ajaran katolik dan menanamkan ajaran katolik tersebut kepada Endo. Endo dibaptis pada tahun 1935 saat umurnya sebelas tahun dan mendapatkan nama baptis, Paulus.
Endo menerima gelar BA dalam sastra Perancis dari Universitas Keio Tokyo pada tahun 1949, dan tahun 1950-1953 Endo belajar fiksi Katolik di University of Lyons, Perancis. Pada tahun 1955 ia menikahi Junko Okada, dan memperoleh seorang anak laki-laki.
Pada tahun1959, Endo mengalami penyakit tuberkulosis. Pada saat dia ada di Perancis untuk mempelajari karya-karya Marquis de Sade, dia masuk rumah sakit selama dua setengah tahun dan mengalami tiga kali operasi yang membuatnya hidup dengan satu paru-paru saja. Setelah kejadian ini, karya fiksi Endo banyak bercerita tentang moral kehidupan dalam beragama serta penyakit. Endo wafat disaat usianya tujuh puluh tiga tahun, yaitu pada tanggal 29 September 1996 di Tokyo.
Karya-karya Endo Shusaku yang menceritakan kehidupan beragama, dan pengorbanan dalam beragama dan moralitas diantaranya adalah cerpen Saicho dan novel Chinmoku. Kedua karya ini memiliki beberapa kemiripan dan keterkaitan terutama dalam hal pengorbanan dan kematian sebagai seorang martir. Kemudian terdapat tokoh yang hampir sama persis muncul dalam kedua karya yaitu tokoh pastur. Pada cerpen Saichou, terdapat seekor burung Saichou yang konon merupakan burung yang pernah dipelihara oleh seorang pastur asal portugis yang bekerja di Jepang dan dipaksa meninggalkan agamanya. Tokoh pastur yang disebut itu hampir sama persis dengan tokoh Rodrigues yang datang ke Jepang dan dipaksa meninggalkan agama Katoliknya. Oleh karena itu, penulis akan membahas keterkaitan dan intertekstualitas pada kedua karya tersebut. Unsur yang akan dijadikan media pembanding antara lain adalah tokoh, dan isi cerita karena Edo membuat banyak analogi dalam cerita. Kemudian, penulis juga akan mengaitkan kedua karya ini dengan unsur ekstrinsik yang melatar belakangi kehidupan Endo Shusaku sebagai seorang pengarang.

Saicho (1975)
Tokoh utama dala cerpen ini adalah seorang laki-laki yang tdak disebut namanya dan hanya disebut dengan Otoko. Dia adalah tokoh protagomis yang melankolis, kesepian, dan penyayang. Hal itu ditunjukkan dengan sikapnya yang menyayangi binatang dan terjebak dalam ingatan masa lalu akan anjing kesayangannya yang telah mati.
Cerpen Saichou menceritakan tentang seorang novelis (Otoko), yang semenjak kecil hingga usianya yang sekarang sangat menyukai binatang. Otoko tidak hanya menyukai binatang tetapi juga merasa dapat berbicara dengan binatang. Tetapi Otoko tidak begitu saja dapat memelihara binatang yang diinginkannya, karena istrinya tidak suka ada binatang di dalam rumah mereka. Akhirnya sebagai ganti dari keinginan akan memelihara binatang peliharaan, Otoko sering membaca artikel yang berkaitan dengan binatang dan sering masuk ke dalam toko yang menjual binatang peliharaan untuk sekedar melihat-lihat. Otoko dengan pemilik toko binatang peliharaan itu menjadi akrab karena Otoko sering berkunjung ke toko tersebut.
Otoko tidak pernah memelihara binatang peliharaan sama sekali sejak kehilangan anjingnya yang sangat dia sayangi. Waktu Otoko duduk di sekolah dasar, Otoko memelihara seekor anjing Manchuria, yang seolah bisa mengerti perasaan Otoko yang sedang bersedih. Kemudian di saat penyakit TBC yang diderita Otoko kambuh dan Otoko harus dirawat di rumah sakit selama dua setengah tahun, Otoko meminta istrinya membelikan kyuukanchou atau burung beo. Burung beo ini menjadi teman Otoko, tempat untuk mencurahkan perasaannya terutama ketika merasa sedih dan merasa tidak yakin penyakitnya akan sembuh atau operasi yang akan dijalaninya berhasil. Namun, lagi-lagi Otoko mengalami hal yang menyedihkan dengan peliharaannya ini karena burung beo itu mati pada malam Otoko menjalani operasi paru-paru.
Otoko tidak berniat untuk memelihara binatang hingga akhirnya Otoko penasaran dengan sejenis burung yang disebut dengan saichou. Otoko yang merupakan seorang penulis, pernah menulis mengenai burung Saichou sebagai hewan peliharaan seorang Pastur dari Portugal yang terpaksa murtad dari agamanya dan tinggal di Jepang sebagai penerjemah hingga akhir hayat. Otoko meminta kepada temannya yang mempunyai toko binatang peliharaan untuk mencarikan saichou untuknya dan Otoko akhirnya dapat melihat secara langsung seperti apa burung saichou tersebut.  
Seperti Otoko yang terkurung di rumah sakit karena penyakit TBC yang dideritanya, Pastur juga terjebak di negara Jepang dan dipaksa berpaling dari agamanya. Kedua burung ini dapat menjadi metafora pemiliknya seperti kyuukanchou yang merupakan penjelmaan dari Otoko berupa suaranya yang ditiru oleh kyuukanchou dan saichou yang merupakan penjelmaan dari Pastur berupa ekspresinya yang ditiru oleh saichou.
Sebenarnya, kita juga bisa menginterpretasikan bahwa kebaikan pastur dalam novel yang Otoko tulis tercermin kembali pada kyuukanchou yang mati pada saat Otoko menjalani operasi paru-paru yang menegangkan. Hal itu seolah-olah kyuukanchou itu memang mati untuk menggantikan Otoko agar tetap hidup.

Chinmoku (1966)
Chinmoku menceritakan seorang Pastor Jesuit muda bernama Sebastian Rodrigues dikirim dari tanah Portugis ke negeri Jepang dengan sebuah misi. Pada saat itu ada kabar bahwa Frater Cristovao Ferreira, seorang misionaris ternama, telah murtad. Bukan hanya itu, Frater Ferreira juga telah menikah dengan seorang perempuan Jepang lalu menulis tulisan yang mengkritik ajaran Kristen dan bahkan memiliki nama baru sebagai orang Jepang yaitu Sawano Chuan. Karena itu, Rodrigues pergi untuk menyelidiki Ferreira dan memberi dukungan spiritual bagi umat Katolik yang pada waktu itu harus beribadah secara sembunyi-sembunyi untuk menghindari tekanan pemerintahan Edo terutama setelah adanya pemberontakan Shimabara. Gerakan pemberontakan Shimabara merupakan pemberontakan keagamaan kaum Katolik melawan pemerintah Shogun. Katolik juga dianggap sebagai ajaran yang berpihak pada orang miskin dan mengajarkan persamaan derajat. Oleh karena itu banyak rakyat miskin yang menganut agama Katolik.
Karakter tokoh Rodrigues adalah sebagai seseorang dengan tekad dan pendirian yang kuat namun berhati penuh kasih. Sedangkan Sosok Ferreira digambarkan sebagai sosok pastor yang memiliki kelembutan hati, senyum yang ramah, dan kepribadian yang lembut. Ia menghabiskan waktunya di Jepang untuk melakukan misi mulia penyebaran agama Kristen di Jepang.
Setelah Rodrigues masuk ke Jepang, dan membela kaum Katolik dia tertangkap oleh pemerintah. Rodrigues diminta untuk meninggalkan agamanya tapi dia tidak mau. Awalnya dia sudah siap untuk disiksa, akan tetapi justru para rakyat miskin yang menganut agama Katolik lah yang disiksa di depan matanya. Rodrigues tidak bisa menghentikan penyiksaan itu kecuali jika dia mau meninggalkan Katolik.
Dilemma yang dialami oleh Rodrigues diredam oleh Ferreira yang berkata bahwa ia dulu juga tidak tahan melihat penderitaan kaum Katolik yang lain sehingga dia memilih untuk murtad.
Rodrigues akhirnya menginjak fumie/gambar Yesus dan secara resmi murtad. Tetapi, bagi Endo, aksi murtad Rodrigues itu justru merupakan manifestasi peribadatan yang sesungguhnya. Murtadnya Rodrigues merupakan representasi keimanan yang sangat dalam karena ia telah berpihak dan menunjukkan solidaritas kepada mereka yang lemah dan tertindas.
Keimanan dan nilai-nilai keimananan rupa-rupanya dapat menjadi sumber politik pembebasan, emansipasi dan solidaritas, jika dan hanya jika, nilai-nilai tersebut berhasil keluar dari ortodoksi dogma dan doktrin dan diterjemahkan dalam praksis perlawanan. Bagi sebagian orang, ide ini terdengar revolusioner. Namun, bagi sebagian yang lain, ini hanyalah pembenaran bagi aksi kemurtadan.

Intertekstualitas
Intertekstualitas merupakan adalah pemahaman dan pemaknaan terhadap suatu teks berdasarkan persepsi, pemahaman, pengetahuan dan pengalaman dalam membaca teks lain sebelumnya. Julia Kristeva menyebutkan dalam bukunya bahwa teks merupakanmutasi dari teks-teks lain. Kajian intertekstual berangkat dari asumsi bahwa kapan punsebuah karya ditulis, dia tidak mungkin lahir begitu saja tanpa referensi dari sumber lain. Selalu ada pengaruh dari luar teks (seperti pengetahuan budaya, sejarah, filsafat, dll) yang akhirnya membantu pembaca teks untuk memahami teks secara penuh.
Dalam sastra, intertekstualitas memiliki dua fokus kajian, yaitu: (1) teks teks yang terdahulu, (2) tingkat pemahaman suatu teks dan makna yang ditentukan oleh teks-teks yang sudah ada sebelumnya. Karya sastra ditulis bisa saja dengan mencontoh karya lain, atau terpengaruh oleh karya yang sudah pernah ada. Tidak hanya meniru, karya sastra juga mengembangkan konvensi yang sudah ada. Bisa juga karya sastra berangkat dari ide dari karya lain atau kutipan dari teks lain kemudian dikembangkan menjadi karya yang baru.
          Teks yang dikutip atau dijadikan ide untuk sebuah karya lain disebut dengan hipogram (karya yang muncul lebih dahulu). Dalam hal ini, Chinmoku merupakan hipogram dari cerpen Saichou sebab sudah jelas novel Chinmoku terlebih sebelum cerpen Saichou ditulis.
        Endo Shusaku memasukkan kembali unsur dari Chinmoku dalam cerpen Saichou, yaitu tokoh pastur yang sama. Tidak hanya perannya sebagai pastur, pastur dalam novel Chinmoku dan cerpen Saichou merupakan pastur yang berasal dari Portugis, masuk ke Jepang, dipaksa untuk meninggalkan keyakinannya dan dipaksa untuk memeluk agama orang Jepang, lalu pada akhirnya pastur benar benar murtad untuk menghentikan penyiksaan terhadap umat Katolik lain.
          Dari sinopsis kedua karya di atas, bisa ditelaah karakter para tokoh, khususnya pastur Rodrigues dan tokoh pastur yang ditulis oleh Otoko. Terkesan seolah-olah pastur Rodrigues dihadirkan kembali dalam cerpen Saicho dengan karakter dan sifat yang sama. Kesamaan latar belakang pastur Rodrigues dan pastur dalam novel yang pernah ditulis oleh Otoko dapat dilihat dalam subbab selanjutnya.

Perbandingan Tokoh Pastur Pemilik Saichou dan Pastur Rodrigues
Kedua karya Endo Shusaku tersebut memiliki tema yang hampir sama, yaitu pengorbanan yang berhubungan dengan agama dan ketuhanan. Pada novel Chinmoku, pengorbanan besar ditunjukkan oleh tokoh Rodrigues yang rela dipaksa murtad agar umat Katolik lainnya tidak terus disiksa. Sedangkan pada cerpen Saichou, yang berkorban adalah seorang pastur yang juga dipaksa murtad.
背教司祭もこの鳥と同じように生涯、故郷のポルトガルに戻ることを許されず、奉行所の監視をうけながら一生、日本の長崎に住まわされた。檀那寺も持たされ、仏像も拝まされ、ある死刑囚の日本名を無理矢理与えられ、日本人に気化させられたのである。彼には慰めてくれる友もなければ、心をうちあけられる肉親もなかった。この道化師のような一羽の鳥だけがおそらく残された話し相手だったのだ。(Haha naru mono, Saichou, 1975)
Pastur yang murtad itu menjadi penerjemah di Jepang setelah disuruh ikut bergabung dengan kelompok-kelompok kuil, disuruh menyembah patung Budha, dipaksa menerima nama orang Jepang yang telah dihukum gantung, dan kewarganegaraannya diganti dengan kewarganegaraan Jepang.
その背教司祭が一人になった時、どんな思いにかられ、どんな風に泪なみだをながしたか記録には残ってはおらぬ。ただ出島にいるオランダ人の一人がその書簡の一節に何気なく「彼は犀鳥という鳥を飼って住んでいます」と書いているのを男は強く記憶に残していた。(Haha naru mono, Saichou, 1975)
Pastur senasib dengan saichou yaitu sama-sama berasal dari luar Jepang. Pastur berasal dari Portugal sedangkan saichou adalah sejenis burung yang hidup di hutan Afrika dan di hutan tropis benua Asia. Keduanya sama-sama tidak diizinkan pulang ke kampung halamannya untuk selama-lamanya, diberi nama Jepang, dan dipaksa untuk tinggal di Jepang hingga akhirnya meninggal dan dikuburkan di Jepang
この踏絵に唾をかけ、聖母は男たちに身を任してきた印倍だと言ってみようと命ぜられました。これは、やがてあとになって分かったのですが、ヴァリグナノしがさいも危険な順物と言われた井上が発明した方法でした。(Chinmoku, 1966)
Di pihak Rodrigues, pada masa itu disebutkan bahwa pemeluk agama Katolik ada yang bersikukuh tidak mau murtad pada saat pemerintah memaksa mereka meludahi gambar Yesus dan menyebut Maria sebagai pelacur.
Pada novel Chinmoku, pemerintah Jepang akan mencabut akar-akar agama Kristen dan membiarkan tanaman itu layu seiring berjalannya waktu. Akar-akar agama Kristen adalah para misionaris yang dipaksa murtad dan hidup di Jepang. Dengan demikian sisa-sisa kekristennan akan lenyap dengan sendirinya tanpa harus membunuh dan menginterogasi mereka satu-persatu.
Pengalaman hidup pastur Rodrigues dan pengalaman hidup pastur pemelihara burung Saichou yang pernah ditulis Otoko, nyaris sama persis. Intertekstual tidak hanya berhenti sampai pada pengaruh kutipan antar teks sastra saja. Akan tetapi juga pada latar belakang pengarang sendiri yaitu Endo Shusaku.
Jika dilihat kembali biografi Endo Shusaku, kita akan menyadari bahwa Otoko dalam novel Saicho memiliki kesamaan dengan Endo, yaitu sama-sama mempunyai penyakit paru-paru, sama-sama mengalami operasi, sama-sama menulis novel dan sebagai penulis novel, Endo dan Otoko pernah menulis novel dengan tema yang sama yaitu pengorbanan seorang Pastur dengan menjadi murtad. Dengan begitu tidak heran bila cerpen Saichou diasumsikan sebagai cerminan hidup seorang Endo Shusaku sendiri sebagai penulis Katolik yang mengidap penyakit paru-paru.

  
Daftar Referensi
Endo, Shusaku. 1996. Chinmoku. Tokyo: Shinchosa.
Endo, Shusaku. 2008. Silence. Alih bahasa oleh Tanti Lesmana. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS.
Jansen, Marius B. 2000. The Making of Modern Japan. United States of America: Lobrary of Congress Cataloging-in-Publication Data.
Jhonson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT Gramedia.
Kazumi, Yamagata, 1994. Nihon Bungaku No Keiso. Tokyo: Sairyusha.
Knitter, Paul F. 2005. Menggugat Arogansi KeKristenan. Yogyakarta: Kanisius.
 Noviani, Ratna. 2002. “Max Weber Tentang Hegemoni Sistem Kepercayaan” diterj. Dari Ralph Schroeder, Max Weber and The Sociology Of Cultures, Sage Publications, London-Thousands Oaks-New Delhi 1992. Yogyakarta : Kanisius.
Nurgyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


DINAMIKA HUBUNGAN INDONESIA – JEPANG DI ERA REFORMASI


Disusun oleh:
Rizki H. Valentine
Pascasarjana Kajian Wilayah Jepang
Universitas Indonesia

I.  PENDAHULUAN
Berkumandangnya proklamasi kemerdekaan di tanah air Indonesia pada 17 Agustus 1945 ternyata bukan merupakan akhir dari hubungan Indonesia dan Jepang. Pasca pendudukannya di Indonesia, Jepang masih tetap melancarkan kegiatan kerjasama dengan Indonesia yang sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1920-an. Sejarah memang mencatat banyak sekali kerugian dan duka akibat pendudukan Jepang di Indonesia namun hal itu tidak menghalangi terjalinnya sejumlah kerjasama menguntungkan dalam berbagai bidang yang  dilakukan kedua negara. Dengan potensi kekayaan alam dan populasi penduduk yang besar, Indonesia merupakan negara sumber pemasok bahan dasar industri sekaligus pangsa pasar produk Jepang. Sebaliknya, Jepang sebagai negara dengan kepesatan laju teknologinya dapat menjadi acuan bagi Indonesia dalam mengembangkan teknologi untuk mempercepat laju pembangunannya.
Sejak masa orde lama hingga orde baru, Jepang dan Indonesia mulai menjajaki hubungan kerja sama dan diplomasi yang diharapkan lebih baik dan dinamis. Pada masa pemerintahan presiden Soekarno, fokus pemerintahan serta politik luar negeri saat itu adalah untuk mencari pengakuan negara lain mengenai kemerdekaan negara Indonesia, serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan juga menjunjung tinggi sikap anti kolonialis dan juga anti imperialis serta menutup politik luar negeri dari negara-negara barat. Politik luar negeri era Soekarno juga dikenal dengan politik konfrontasinya seperti contohnya adalah konfrontasi mengenai ganyang Malaysia.
Berbeda pada era Soekarno, presiden Soeharto berfokus pada pembangunan ekonomi yang sempat mengalami keterpurukan pada masa Soekarno serta membuka selebar-lebarnya investasi asing yang akan masuk ke Indonesia dengan harapan bahwa hal tersebut dapat menstabilkan kondisi ekonomi Indonesia dan juga menyokong perdagangan bebas. Hal ini membuat Jepang menanamkan investasinya secara besar besaran dan tidak ragu untuk memberi berbagai macam bantuan kepada Indonesia.
Lengsernya Soeharto dari kursi kepemimpinannya menandakan bahwa era orde baru sudah berakhir dan terjadi reformasi dalam pemerintahan. Pemerintahan yang otoriter ala Soeharto berubah menjadi sistem pemerintahan yang demokratis yang dijalankan oleh presiden-presiden sesudah Soeharto yaitu BJ Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Joko Widodo.
Sebuah kebijakan dan juga politik luar negeri yang diterapkan di suatu negara pastilah dipengaruhi oleh isu-isu dan juga masalah-masalah yang sedang dihadapi dan terjadi didalam sebuah negara tersebut. tiap-tiap isu dan masalah yang sedang dihadapi didalam sebuah negara tersebut tentu saja akan membentuk politik luar negerinya secara beragam.
Selain dipengaruhi oleh isu-isu dan juga masalah-masalah yang sedang dialami oleh negara tersebut, faktor adanya pergantian kepemimpinan oleh seorang penguasa negara atau presiden juga ikut mengatur dan kemudian membentuk sebuah kebijakan dan kerjasama luar negeri antarnegara. Kerjasama Indonesia dengan Jepang, misalnya, kedua negara ini kian menunjukkan hubungan yang akrab dari waktu ke waktu. Selain pada pergantian masa kepemimpinan presiden Indonesia seperti Ir. Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono dan kemudian Joko Widodo, perubahan corak politik luar negeri Indonesia juga dipengaruhi oleh isu-isu yang berkembang dan juga dialami oleh negara Indonesia, baik isu atau masalah tersebut berasal dari dalam negeri seperti isu mengenai Hak Asasi Manusia, isu referendum, isu ekonomi maupun politik maupun isu atau masalah yang berasal dari luar negeri dan juga dunia internasional seperti contohnya isu mengenai konflik ataupun perang, isu terorisme dan juga perdamaian dunia.

II.    HUBUNGAN JEPANG – INDONESIA DI ERA REFORMASI
Pada era reformasi yang mana saat itu Indonesia dipimpin oleh B.J Habibie sebagai presiden baru yang menggantikan Soeharto kemudian berusaha memperbaiki pemerintahan yang telah carut marut dengan segala permasalahan yang ada terutama akibat dari krisis ekonomi yang terjadi sejak era orde baru. B.J Habibie kemudian berusaha menata kembali pemerintahan dalam negeri dengan fokus pada masalah-masalah domestik begitu juga dengan politik luar negeri Indonesia yang kembali dibangun. Politik luar negeri pun mulai dibangun kembali dari awal, tujuan utama politik luar negeri Indonesia yang awalnya hanya fokus pada pembangunan dan perbaikan ekonomi serta keamanan negara kemudian bergeser pada tujuan utama pemulihan nama baik Indonesia seputar dugaan pelanggaran hak asasi manusia di Timor Timur
Di awal masa pemerintahannya, Habibie menghadapi persoalan legitimasi yang cukup serius. Tidak hanya menangani masalah ekonomi yang akut, tetapi juga harus menyelesaikan masalah HAM yang dihasilkan oleh pemerintahan terdahulu. Pemerintah berusaha mendapatkan dukungan internasional dengan beragam cara, diantaranya, pemerintahan Habibie mengasilkan undang-undang yang berkaian dengan perlindangan atas hak asasi manusia. Selain  itu,  pemerintahan  Habibie  pun  berhasil  mendorong  ratifikasi  empat  konvensi internasional  dalam  masalah  hak-hak  pekerja.  Pembentukan  Komnas  Perempuan  juga dilakukan pada masa pemerintahan Habibie.
Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Habibie menaikkan kembali derajat kepercayaan internasional terhadap Indonesia. Habibie mampu memperoleh simpati dari IMF dan Bank Dunia dengan keputusan kedua lembaga tersebut untuk mencairkan program bantuan untuk mengatasi krisis ekonomi sebesar 43 milyar dolar dan bahkan menawarkan tambahan bantuan sebesar 14 milyar dolar. Hal ini memperlihatkan bahwa walaupun basis legitimasi dari kalangan domestik  tidak  terlampau  kuat,  namun  dukungan  internasional  yang  diperoleh  melalui serangkaian kebijakan untuk memberi citra positif kepada dunia internasional memberikan dukungan bagi keberlangsungan pemerintahan Habibie saat periode transisi menuju demokrasi dimulai.
Kemudian berakhirnya pemerintahan Presiden BJ Habibie digantikan oleh Presiden Abdurrahman Wahid yang memiliki cita-cita mengembalikan citra Indonesia di mata internasional, untuk itu dia melakukan banyak kunjungan ke luar negeri selama satu tahun awal pemerintahannya sebagai bentuk implementasi dari tujuan tersebut. Dalam setiap kunjungan luar negeri yang ekstensif selama masa pemerintahannya, Abdurrahman Wahid secara konstan mengangkat isu-isu domestik dalam pertemuannya dengan setiap kepala negara yang dikunjunginya. Termasuk dalam hal ini adalah soal integritas teritorial Indonesia seperti dalam kasus Aceh dan isu perbaikan ekonomi. Keinginannya menjalin kerjasama luar negeri dengan Israel pun menuai banyak protes dalam negeri.
Dapat dilihat pada dua rezim pemerintahan setelah orde baru, hubungan Jepang dan Indonesia tak tampak akrab. Arus hubungan Indonesia dan Jepang kembali pasang ketika Presiden Megawati Soekarno Putri mulai memerintah.

i.        Hubungan Jepang Indonesia dalam Bidang Ekonomi
Bantuan pendanaan kegiatan pembangunan yang diberikan Jepang selama ini telah menempatkannya sebagai negara penyumbang terbesar bagi Indonesia. Salah satu bentuk bantuan tersebut adalah Official Development Assistance (ODA). Sejak tahun 1987, Indonesia termasuk negara terbesar yang menyerap ODA Jepang. Analisa terhadap sejarah keberadaan ODA menjadi bahasan yang menarik, dengan adanya fakta bahwa secara kuantitatif menunjukkan nilai ODA meningkat namun secara kualitatif tidak demikian. Selain itu dengan besaran nilai ekspor kekayaan laut Indonesia ke Jepang, perlu dicermati dengan kemungkinan munculnya dampak negatif dan krisis kelangkaan kekayaan  laut sebagai akibat pemanfaatan yang tidak bijak.
Pergantian pemimpin negara tentu saja memberikan dampak pada pemberian bantuan Jepang untuk Indonesia. Dalam kebijakan pemerintahan Soeharto, ODA ditempatkan sebagai salah satu sumber dana yang penting dalam APBN. Kontribusi ODA mencapai seperlima dari jumlah total pendapatan negara, dan Jepang tercatat sebagai pemberi bantuan terbesar bagi Indonesia dengan mengalokasikan 16% dari total ODA Jepang ke Indonesia.
Sebagai negara maju dengan pertumbuhan ekonomi dan bisnis yang cepat, Jepang dapat menjadi wacana dalam pengelolaan ekonomi nasional Indonesia. Analisa tentang sistem penyusunan anggaran belanja negara di Jepang menunjukkan adanya keunikan karena tidak mengikuti standar internasional. Terlepas dari adanya kelemahan sistem ini, banyak kelebihan yang bisa dipelajari dan dipikirkan kemungkinan pengembangannya di Indonesia.
Selain ODA, Jepang juga menawarkan proposal pembentukan Free Trade Agreement (FTA) pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri. Tawaran pembentukan FTA dari Perdana Mentri Jepang Junichiro Koizumi tersebut membuahkan tindak lanjut kerjasama Indonesia Japan economic Partnership Agreement (IJEPA). Kerjasama IJEPA ini rupanya sangat didukung oleh kerjasama Jepang dengan ASEAN karena dengan merangkul ASEAN, Jepang memiliki jalur masuk perdagangan ke negara negara Asia ternggara yang lebih mudah dan menguntungkan. Selain itu, liberalisasi pasar di Indonesia membuat produk-produk Jepang menjadi lebih mudah masuk ke Indonesia.
IJEPA yang salah satu tujuannya adalah peningkatan sektor investasi dinilai sangat membantu Jepang dalam memperbaiki iklim investasi Jepang yang mengalami kemerosotan pasca krisis Asia pada tahun 1997.
Setelah Presiden Megawati Soekarno Putri meninggalkan kursi kepresidenannya, tindak lanjut economy partnership diteruskan oleh Presiden Susilo Bmbang Yudhoyono. Pada tahun 2004, menteri perdagangan Indonesia dan Jepang menyepakati Joint Study Group sebagai upaya awal penjajakan kegiatan economi partnership. Akhirnya negosiasi akhir mengenai IJEPA pada tahun 2007 ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Jepang Abe Shinzo.  
 Penandatanganan Japan-Indonesia Partnership Agreement (JIEPA) pada bulan Agustus 2007, menandai era baru yang memperkuat hubungan bilateral kedua negara. Tidak sajadalam tercapainya kesepakatan pengaturan mobilisasi tenaga kerja kedua negara, tetapi cakupan kerjasama meluas dengan perjanjian ini. Termasuk di dalamnya kerjasama dalam bidang teknologi. Kupasan tentang transfer teknologi dari Jepang kepada Indonesia dikaitkan dengan budaya, tradisi dan nilai-nilai sosial yang dimiliki kedua negara disajikan secara ringan.
Hubungan ekonomi Indonesia-Jepang semakin menguat yang ditandai dengan meningkatnya volume perdagangan kedua negara. Nilai perdagangan Indonesia–Jepang selama bulan Januari sampai dengan Agustus 2011 adalah sebesar USD 35,1 milyar,meningkat sebesar 29% dari periode yang samatahun 2010. Total nilai perdagangan Indonesia-Jepang tahun 2010 dan 2009 masing-masing sebesar USD 42,7 milyar dan USD 28,4 milyar. Bagi Jepang, Indonesia masih merupakan sumber utama pasokan energi, yakni gas dan batu bara untuk industri sertasumber daya alam lainnya seperti timah dan nikel.
Investasi Jepang di Indonesia pada umumnya disektor:
(1) transportation vehicle & othertransportation industry;
(2) metal, metal goods,machinery & electronic industry,
(3) trading & repairindustry, food industry
(4) rubber & plasticgoods industry.
Peningkatan kerja sama ekonomi kedua negara tercermin pada beberapa kegiatan, antara lain:
a. Partisipasi pada International Jewelry di Tokyo, 26-29 Januari 2011, dan di Kobe, 11-13 Mei 2011.
b. Fasilitasi kunjungan Ketua Keidanren (Federasi Bisnis Seluruh Jepang) beserta rombongan ke Indonesia, 13-15 Februari2011.
c. Fasilitasi kunjungan Federation Exchange Council ke Jakarta, 20-23 Februari 2011.
d. Partisipasi pada Food Expo (Foodex) 2011, 1– 4 Maret 2011.
e. Industrial Familiarization Mission di Nagoya,9-10 Maret 2011.
f. Seminar investasi “Progressing Indonesian Economy and ASEAN”, 13-14 Mei 2011 di Osaka.
g. Penyelenggaraan Indonesia-Japan Energy Policy Dialogue kedua di Bali, 31 Mei – 1 Juni 2011.
h. Penyelenggaraan Indonesia-Japan Coal Policy Dialogue ketiga di Bali, 30 Mei 2011.
i. Penyelenggaraan The 12th Indonesia-Japan Energy Round Table (IJERT) di Tokyo, 17 Oktober 2011.
j. Penyelenggaraan Indonesia-Japan Joint Economic Forum (IJJEF) Ke-3 di Bali, 18 November 2011.
Sebagai bentuk penghargaan Pemerintah RI kepada mantan PM Fukuda, yang mengetuai JAPINDA (Japan IndonesiaAssociation), atas upaya-upayanya dalam meningkatkan hubungan bilateral kedua negara, maka Pemerintah RI menganugerahkan Tanda Kehormatan Republik Indonesia Bintang Mahaputra Adipradana. Penganugerahan tanda kehormatan tersebut dilakukan oleh Menlu RI,atas mandat Presiden RI, kepada mantan PM Jepang Yasuo Fukuda di Tokyo, 10 November 2011.
Terkait dengan kerja sama bantuan keuangan,Pemerintah RI dan Jepang pada tahun 2011 telahmenandatangani 3 (tiga) kesepakatan antara lain:
1. Exchange of Notes between the Government ofthe Republic of Indonesia and the Governmentof Japan for the Purpose of Contributing to the Implementation of the Project for UrgentReconstruction of East Pump Station of Pluit inJakarta (Jakarta, 20 Januari 2011).
2. Financial Arrangement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of Japan regarding the Contribution of the Government of Japan as the Co-chair of the ARF Disaster Relief Exercise Year2011 to be Held in Manado, Indonesia (Manado,13 Maret 2011).
3. Exchange of Notes between the Government ofthe Republic of Indonesia and the Governmentof Japan on the Loan of the Amount of 8,291,000,000 Yen (Jakarta, 10 Maret 2011).
Kerjasama Indonesia dan Jepang dalam sektor ekonomi dan investasi tidak hanya berhenti sampai di situ. Dilansir dari situs berita liputan6.com, pada akhir tahun 2013, di masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, Indonesia dan Jepang semakin mempererat hubungan dengan menyepakati kerjasama dalam bidang perdagangan, penanaman modal, pembangunan infrastruktur agar dapat tumbuh bersama berdasarkan kesepakatan pada tingkat menteri untuk lebih mendorong kerja sama Metropolitan Priority Area (MPA) di wilayah Jabodetabek.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyambut baik tren positif perdagangan bilateral dengan Jepang, yang mencatat pertumbuhan rata-rata lebih dari 11% dalam lima tahun terakhir (2008-2013). Adapun total nilai perdagangan Januari-Agustus 2013 telah mencapai US$ 31,24 miliar.
Berakhirnya masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono digantikan oleh Presiden Joko Widodo yang pada Maret 2015 melakukan kunjungan ke Jepang dan Tiongkok guna mempererat hubungan kerjasama dalam sektor ekonomi. Di Jepang Presiden Joko widodo menghadiri forum bisnis bersama dengan 1000 pengusaha Jepang. Di sana, Jepang memandang Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan perekonomian yang mantap serta memiliki masyarakat kelas menengah yang terus tumbuh sehingga meningkatkan keinginan Jepang menanamkan modalnya di Indonesia. Indonesia juga dianggap sebagai sosok pemipin ASEAN yang memegang peranan besar dalam stabilitas wilayah dan keakmuran dengan populasi dan GDP Indonesia yang mencapai 40 % dari populasi dan GDP ASEAN. Dalam kunjungan itu, Indonesia menekankan posisi Jepang sebagai mitra strategis sehingga Indonesia siap membuka peluang kerjasama yang lebih luas dan progresif.

ii.      Hubungan Jepang Indonesia dalam Sektor Budaya dan Pariwisata
Setelah memutuskan untuk menekan jalur kekuatan militer dalam upaya berhubungan antar bangsa, Jepang menggalakkan soft diplomacy-nya. Salah satu dari soft diplomacy itu adalah melalui sektor kebudayaan dan hiburan. Diplomasi budaya digunakan untuk memperkuat hubungan antar negara, agar negara yang dituju lebih mengenal negaranya dalam hal ide, nilai – nilai, tradisi dan berbagai macam aspek budaya, yang pada akhirnya bertujuan untuk mendapatkan kepentingan nasional.
Semenjak akhir tahun 1990-an berlanjut hingga tahun 2000-an ini, jalur peredaran anime di Indonesia lebih banyak melalui rental atau toko anime dalam format VCD/DVD. Pada periode 2000 ini, kepopuleran anime sudah begitu sangat luar biasa sampai kepada kondisi yang sulit dibayangkan noleh  para otaku (penikmat anime) sebelumnya. Trend anime ini juga didukung dengan munculnya distributor resmi yang berusaha memenuhi kebutuhan otaku akan masuknya lebih banyak anime di Indonesia.
Kemudian pada tahun-tahun terakhir ini anime mulai kembali menjadi booming lagi di indonesia. Seperti yang dapat terlihat dari kepopuleran anime Naruto yang menghebohkan. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya porsi tayang untuk anime yang mulai mendominasi program film animasi di berbagai stasiun televisi.
Perlu disadari dalam era globalisasi sekarang ini, penyebaran informasi serta hubungan ekonomi hampir tidak lagi mengenal batas. Anime menjadi bagian dari pop culture di seluruh dunia, dan Jepang sendiripun sangat gencar mempromosikan anime. Kepopuleran anime dan manga Jepang di Indonesia dapat disaksikan siapapun. Sebagai akibatnya, budaya Jepang pun menjadi sebuah tren di Indonesia. Disana-sini dapat ditemukan bentuk-bentuk asimilasi budaya Jepang.
Bagi Jepang anime merupakan salah satu media diplomasi yang sangat efektif dengan menawarkan cerita mengenai Jepang melalui visualisasi apik dan mengambarkan cerita mengenai Jepang mulai dari sejarah, budaya, gaya hidup, karakter masyarakat, serta kondisi sosial. Jadi secara tidak langsung masyarakat Indonesia mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa, telah tersuguhi berbagai gambaran tentang Jepang, yang tercitra memiliki akar budaya yang begitu adi luhung, dan memasuki masa modernpun tidak lupa atau meninggalkan budaya nenek moyang yang selalu jadi kebanggaan bangsa Jepang.
Dengan kehadiran anime di Indonesia semakin mempertegaskan jati diri bangsa Jepang sebagai bangsa yang besar kepada masyarakat dan menjadikan anime sebagai sub-kultur yang semakin dikenal luas dan diminati oleh masyarakat Indonesia khususnya remaja. Hingga Hal ini membuat Jepang hampir dapat disejajarkan dengan Amerika Serikat dan film Hollywoodnya dalam segi popularitas dan pengaruh budaya pop-nya di Indonesia.
Sebagaimana yang dikatakan Hans J. Morgenthau dalam bukunya Politics Among Nations :”When we speak of power, we mean man's control over the minds and actions of other men”.
Bedasarkan apa yang dikatakan Morgenthau dalam bukunya tersebut, yaitu siapapun yang memiliki Power atau kekuasan, Maka dia akan dapat mengatur bahkan mendikte siapapun yang diinginkannya. Begitu juga hal yang dilakukan Jepang, terhadap unit politik diluar negaranya, melalui powernya Jepang terutama dari segi Ekonomi, yang terkenal dengan Diplomacy by ATM-nya, telah menancapkan pengaruhnya terhadap negara lain, terutama negara-negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia.
Setelah sukses menanamkan pengaruhnya dalam sektor ekonomi, tentu saja hubungan ini memberikan pengaruh pada sektor lain, misalnya politik. Negara-negara yang sudah bergantung secara ekonomi tidak sulit untuk ditanamkan pengaruh politik.
Selain dalam dunia hiburan, Jepang dan Indonesia pada pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri menandatangani perjanjian kerjasama pariwisata. Perjanjian ini dibuat untuk mendukung peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung baik ke Indonesia maupun Jepang. Yang perlu dilakukan demi mencapai tujuan tersebut antara lain, melalui kampanye terukur, pertukaran misi untuk memproosikan pariwisata dan kerjasama untuk meningkatkan kapasitas simber daya manusia.
Kerjasama Indonesia dan Jepang dalam bidang kepariwisataan itu juga melibatkan organisasi yang bergerak dalam sektor kepariwisataan untuk mengurangi halangan dan kesulitan dalam kepariwisataan.
Untuk mendukung kerjasama ini biro perjalanan Jepang Japan Association of Travel Agent (JATA) telah mengirimkan misinya sebanyak dua kali ke Bali mengingat pernah terjadi pemboman pada tahun 2002 untuk memastikan keamanan dan keselamatan para wisatawan.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa budaya pop dan pariwisata merupakan hal sayang cukup diperhatikan oleh kedua negara, sebab dengan kelancaran kerjasama dalam sektor kepariwisataan maupun industri budaya pop, kedua negara dapat mempererat hubungan kerjasama dalam sektor sosial, budaya dan juga ekonomi.

iii.    Hubungan Jepang Indonesia dalam Bidang Politik
Kedekatan hubungan politik Indonesia dengan Jepang bisa ditunjukkan dengan kedekatan dan keluwesan hubungan antar kepala negara Indonesia dan kepala pemerintahan Jepang selama puluhan tahun. Keeratan hubungan politik antar dua negara telah membawa konsekuensi logis membaiknya hubungan Indonesia dengan Jepang dalam masalah ekonomi, sosial budaya, pendidikan, dan pertahanan.
Jatuhnya Soeharto, membawa perubahan cukup besar dalam sistem perpolitikan Indonesia. Tekanan agar pemerintah Indonesia segera melakukan reformasi politik dan ekonomi gencar dilakukan oleh masyarakat domestik dan internasional. Hal ini juga turut mempengaruhi kebijakan ODA Jepang setelah jatuhnya Soeharto.
Hal menarik pada periode ini adalah, pada tahun 1999 Jepang memberikan bantuan di bidang politik yaitu bantuan untuk melaksanakan Pemilu, baik dengan memberikan bantuan kepada pemerintah Indonesia maupun ikut serta mengirimkan pemantau pemilu internasional. Hal ini merupakan yang pertama dalam sejarah ODA Jepang di Indonesia. Akan tetapi perlu dicatat bahwa pada saat Pemilu 1999, Jepang adalah negara yang termasuk lambat memberikan respon atas permintaan dukungan Indonesia untuk menyelenggarakan Pemilu. Alasan yang dikemukakan adalah saat itu Pemerintah Jepang sedang mencari dan merumuskan skema dana yang harus digunakan karena sebelumnya tidak ada alokasi dana untuk bantuan pelaksanaan Pemilu di Indonesia.
Walau terkesan agak lambat dalam merespon tuntutan reformasi politik di Indonesia, Pemerintah Jepang mulai aktif melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung demokratisasi seperti melibatkan NGO sebagai partner. Selain itu, dalam Country Assistance Strategy for Indonesia tahun 2004, pemerintah Jepang juga dengan nyata menempatkan penciptaan masyarakat yang demokratis dan adil (“creation of a democratic and equitable society”) sebagai pilar kedua dalam prioritas area bantuan. Adapun kegiatan yang didesain sebagai bagian dari pilar kedua tersebut adalah pengentasan kemiskinan dengan menciptakan lapangan kerja melalui pembangunan pertanian dan perikanan, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan, meningkatkan jasa publik di bidang pendidikan, kesehatan dan obat-obatan; reformasi pemerintah di bidang hukum (judiciary), polisi (police service), bantuan untuk desentralisasi; serta pemeliharaan lingkungan dan pencegahan bencana.
Jepang terlihat mulai menformulasikan berbagai kegiatan/program yang mendukung terwujudnya masyarakat Indonesia yang demokratis dan makmur, seperti bantuan untuk pelaksanaan pemilu, desentralisasi, reformasi pemerintahan, dan berbagai kegiatan lainnya. Akan tetapi apabila dicermati dari pembahasan di atas, Jepang terkesan sangat hati-hati dalam mengimplementasikan proyek pembangunan di bidang politik (demokratisasi). Kepercayaan bahwa pembangunan masyarakat yang demokratis akan menuntut ketidakstabilan politik, merupakan salah satu alasan mengapa Jepang terlihat lambat merespon tuntutan demokratisasi atau reformasi politik di Indonesia.
Intensitas kerja sama politik RI – Jepang ditandaidengan serangkaian kegiatan sebagai berikut:
a. Kunjungan Presiden RI ke Jepang, 16-18 Juni2011;
b. Pertemuan Presiden RI dengan Special Envoy Jepang, Mr. Katsuya Okada di sela-sela pertemuan Bali Democracy Forum IV diBali, 8 Desember 2011;
c. Dialog Strategis Tingkat Menteri Luar Negeriyang Pertama di Tokyo, 17-18 Februari 2011;
d. Pertemuan Menlu RI dan Menlu Jepang diJakarta, 9 April 2011 (dalamKesempatanSpecial ASEAN-Japan Ministrial Meeting);
e. Pertemuan Menlu RI dan Menlu Jepang diTokyo, 17 Juni 2011;
f. Dialog Strategis Tingkat Menlu Ke-2 di Bali,21 Juli 2011;
g. Pertemuan Menlu RI dan Menlu Jepang disela-sela Sidang Umum PBB di New York, 21 September 2011;
h. Dialog Strategis Tingkat Menlu Ke-3 diJakarta, 13-14 Oktober 2011; dan
i. Pertemuan informal Menlu RI dan MenluJepang di Tokyo, 10 November 2011.

iv.      Hubungan Jepang Indonesia dalam Bidang Pertahanan dan Keamanan
Dalam bidang pertahanan dan keamanan, Jepang menganggap harus ada kerjasama yang jelas dalam hal antibajak laut dan anti perompakan dan Indonesia sudah memiliki undang-undang pelayaran yang sangat penting bagi kawasan. Selain perompakan, Jepang juga memberi perhatian pada masalah terorisme. Untuk itulah bekerjasama dengan Indonesia perihal isu terorisme adalah hal yang diperlukan. Hal yang mendasari keputusan Jepang ini adalah kenyataan bahwa Indonesia dinilai memiliki banyak pengalaman dalam kasus terorisme dan memiliki pengalaman menangani kasus terorisme.
Lima hal utama dalam kerjasama pertahanan keamanan dan militer antara Indonesia dan Jepang adalah pendidikan, latihan, sumber daya manusia, industri pertahanan, penanganan terorisme, dan manajemen penanggulangan bencana.
Kerjasama militer Indonesia dan Jepang diwujudkan melalui sinergi antara TNI angkatan datat dan pasukan beladiri Jepang. Memang, setelah PD II, konstitusi Jepang melarang memperkuat angkatan bersenjata dan angkatan bersenjata mereka sebut sebagai pasukan beladiri. Dalam pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Jenderal eiji Kamizuka, Indonesia mengundang Jepang untuk mengadakan latihan gabungan yang diselenggarakan di Jawa Barat.
Selain kerjasama di atas, pemerintah Indonesia dan Jepang juga sepakat untuk meningkatkan kerjasama menjaga stabilitas kawasan Asia Tenggara, Asia Pasifik dan Asia Timur. Kedua negara sepakat untuk memelihara dan berkontribusi aktif dalam memelihara stabilitas kawasan. Indonesia mengerti tentang keinginan Jepang untuk lebih berperan lebih luas dalam bidang keamanan dengan tujuan bisa ikut berkontribusi dalam penciptaan stabilitas dan perdamaian di kawasan Asia. Sekaligus Indonesia menyarankan agar dibangun kerja sama lebih erat lagi antara Jepang dan Indonesia, antara Jepang dengan negara-negara di kawasan ASEAN agar semua dapat berkontribusi pada perdamaian yang sama-sama diinginkan oleh semua pihak.
Dalam bidang penanganan bencana alam, Jepang sangat aktif menyalurkan bantuan ke beberapa daerah di Indonesia yang dilanda bencana. Bantuan Jepang kepada Aceh pasca gempa bumi dan tsunami meliputi berbagai bentuk:

No
Bentuk Bantuan
Keterangan
1

Bantuan Darurat Sebesar US$ 390.000
berupa : tenda, selimut,genset
2
Bantuan Hibah Bilateral
1. US$ 1,5 juta, untuk pengadaan makanan darurat dan peralatan medis.
2. US$ 146 juta, untuk barang bantuan darurat dan rekonstruksi di Aceh.
3
Pengiriman Tim Medis Darurat Jepang

4
Pengiriman Pasukan Beladiri Jepang

Terdiri dari personil AL, AD, AU dan Join Staff Office, untuk mendukung operasi bantuan dalambidang pengangkutan barang melalui udara, sertamelaksanakan pencegahan epidemic di Indonesia.
5
Bantuan dari Pemerintah Daerah dan Perusahaan Swasta Jepang
pengiriman 1540 unit kantong mayat oleh JICA, dan bantuan lainnya yang bersifat barang dan jasa.
6
Bantuan melalui LSM Jepang “AMDA International” (Perawatan Trauma dan Kesehatan Fisik)

a. Dengan tujuan memberikan kontribusi bagi pembangunan kembali pasca tsunami dan konsolidasi perdamaian di Aceh, pemerintah Jepang melalui “bantuan Hibah kepada LSM Jepang” telah memutuskan untuk memberikan bantuan hibah sebesar US$ 246,014 (sekitar Rp.2.2 miliar).
b. Kerjasama ini akan dilaksanakan dengan tujuan membantu usaha pembinaan kesehatan mental dan fisik yang lebih baik di kalangan anak-anak, baik di daerah-daerah yang pernah dilanda tsunami maupun di daerah-daerah yang dulu menjadi korban konflik.Kedua proyek tersebut adalah sbb:
• Proyek Perawatan Trauma bagi Anak-anak Korban Tsunami. Nilai bantuan : US$ 82.170
• Pelaksanaan proyek ini dimaksudkan untuk meringankan trauma akibat tsunami pada anak anak yang sampai sekarang masih tinggal di barak-barak pengungsian di Banda Aceh dan Aceh Besar, yaitu melalui berbagai kegiatan kreatif dan membaca di sejumlah perpustakaan di bawah pimpinan para pemuda dalam komunitas.
• Proyek Rehabilitasi Komunitas melalui Perawatan Kesehatan Mental dan Fisik. Nilai bantuan : US$ 163.844

Sebaliknya, Indonesia juga memberikan bantuan kepada Jepang ketika Jepang dilanda bencana berupa bantuan finansial.
Pemerintah dan rakyat Indonesia memberikan perhatian dan simpati yang besar terhadap bencana gempa bumi dan tsunami yang melanda Jepang, 11 Maret 2011. Sebagai bentuk keprihatinan tersebut, Indonesia telah memprakarsai pertemuan Special ASEAN-Japan Ministerial Meeting, 9 April 2011 untuk menggalang solidaritas kawasan terhadap bencana yang melanda Jepang. Pada kesempatan kunjungan ke Jepang, 16-18 Juni 2011, Presiden RI melakukan peninjauan ke wilayah bencana di Kesennuma. Pada kesempatan tersebut secara simbolis juga diserahkan dana bantuan bagi pemulihan dan rekonstruksi Kota Kesennuma sebesar USD 2 juta kepada Walikota Kesennuma oleh Menlu RI, serta penandatanganan prasasti tanda persahabatan dan solidaritas rakyat Indonesia bagi masyarakat Jepang oleh Presiden RI.
Upaya-upaya pemberian bantuan dan evakuasi WNI yang menjadi korban gempa Maret 2011 antara lain:
·         KBRI Tokyo melakukan evakuasi dari wilayahbencana menuju ke posko pengungsian diSekolah RI di Tokyo (SRIT).
·         Evakuasi WNI gelombang pertama berhasilmerelokasi sebanyak 112 WNI yang ditampung di Sekolah Republik Indonesia Tokyo. EvakuasiWNI gelombang kedua ke Tokyo telah merelokasi sebanyak 114 WNI.
·         Selain itu juga diberikan pertolongan pertamadan bantuan logistik untuk WNI di wilayah bencana, antara lain berupa air minum botol,makanan instan, selimut dan obat-obatan.
·         Kemlu RI mengirimkan Relief Team padatanggal 12 Maret 2011 dan mendirikan posko di wilayah Sendai, yang menjadi posko ASEAN.
·         Pemulangan WNI ke Indonesia dilakukan dalam 9 tahap yang dilakukan dari tanggal 15-26 Maret 2011 dengan total jumlah WNI sebanyak263 orang. Pada tanggal 15 Maret 2011, 99 WNI yang dipulangkan ke Indonesia denganPesawat Garuda GA 885 diterima oleh Menlu RI dan diserahterimakan kepada keluarga.
·         Pada tanggal 17 Maret 2011, tim satuan reaksicepat penanggulangan bencana yang berasal dari Kementerian Kesehatan, TNI, BNPB, danBasarnas dilepas oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat.
·         Pada tanggal 18 Maret 2011 telah berhasilditemukan 17 ABK asal Indonesia di kapal Yahata Maru 35.

v.      Hubungan Jepang Indonesia dalam Sektor Energi dan Infrastruktur
Kerjasama di sektor industri manufaktur dan energi menjadi fokus utama bagi Jepang. Alasan mengapa Jepang lebih tertarik kepada sektor ini sebenarnya sudah bisa ditebak. Salah satu alasannya adalah keperluan timbal balik antara kedua belah negara, yaitu bahwa industri manufaktur sudah lebih serius digarap oleh Jepang dan membutuhkan jaminan ketersediaan pasokan bahan baku untuk industri tersebut, seperti batubara dan gas. Pihak Indonesia terbantu pula dengan saling berbagi teknologi manufaktur. Sudah bisa ditebak juga tujuan lain untuk ekspansi bisnis pemasaran mesin-mesin pembangkit energi Jepang ke Indonesia.
Singkat kata, hubungan Indonesia dan Jepang memang sangat menonjol dalam bidang ekonomi dan penanaman investasi, akan tetapi bukan berarti sektor energi dan infrastruktur dipandang sebelah mata. Sektor energi dan infrastruktur tetap menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh Jepang pasca orde baru.
Pada masa pemerintahan Presiden Megawati, pemerintah Jepang menyatakan komitmennya untuk membantu pembangunan infrastruktur di Indonesia dengan mengalokasikan dana sebesar 100 miliar yen (sekitar Rp 8 triliun).
Indonesia, pada 2013 menawarkan beberapa sektor yang menarik para pengusaha Jepang agar turut berpartisipasi seperti energi yang meliputi; batubara, pembangkit listrik tenaga panas bumi geotermal, dan lain lain.
Khusus untuk kerjasama sektor energi, tampaknya Jepang lebih fokus untuk mengembangkan potensi batubara yang masih tersimpan sebanyak 5,476 juta ton di perut bumi Indonesia dan panas bumi sebesar 27 GW, walaupun potensi dari pengembangan Renewable Energy lainnya tidak kalah penting, seperti yang terlihat pada Tabel 1 yaitu; Tenaga Air (Hydropower) 76.17 GW, Biomassa 49.81 GW, Tenaga Angin (Wind Power) dengan laju rata-rata 3-6 meter/detik, dan Tenaga Surya (Photovoltaic) dengan rata-rata radiasi matahari sebesar 4.8 kWh/m2-hari. Potensi Tenaga Angin di Indonesia tidak terlalu besar dan itupun hanya terdapat di beberapa pesisir pantai saja, tetapi potensi Tenaga Surya sangatlah besar karena posisi Indonesia yang teletak di daerah khatulistiwa. Dalam hal pengembangan RE, Jepang bisa dikategorikan sebagai negara yang sudah maju dalam semua teknologi RE yang tidak kalah dengan negara maju lainnya seperti Jerman dan Amerika Serikat.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada saat itu mengharapkan keikutsertaan pengusaha Jepang terlibat dalam proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi, sebab Indonesia sangat membutuhkan tambahan dari pembangkit tersebut.  Potensi energi dan finansial sangat besar manfaatnya bagi bangsa dan rakyat Indonesia. Kiprah Jepang sebenarnya bisa menarik simpati masyarakat Indonesia untuk bisa menerima segala macam kegiatan industri, produk, dan investasi Jepang di Indonesia.
Pemerintah Jepang juga menawarkan proyek pembangunan kereta api ekspres Jakarta-Surabaya dan siap melaksanakannya. Sementara itu Indonesia meneken percepatan kerjasama pembangunan antara Indonesia dan Jepang. Selain itu, di masa pemerintahan Joko Widodo, Jepang memiliki kiprah luar biasa besar dalam pembangunan pelabuhan Cilamaya di pulau Jawa.

III. KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa hubungan kerjasama antara Indonesia dan Jepang pada era reformasi memiliki perbedaan dengan hubungan kerjasama pada era orde baru.
Pergantian pemimpin negara memberikan pengaruh terhadap bagaimana negara menjalankan kebijkan politik dan diplomasi luar negerinya. Dapat dilihat kembali bahwa sepak terjang Jepang sempat melemah setelah Presiden Soeharto lengser dari kursi kepemimpinannya. Presiden BJ Habibie dan Presiden Abdurrahman Wahid memiliki cara yang berbeda dalam pemerintahannya.. Selain karena masa jabatan yang pendek, kedua mantan presiden tersebut memiliki fokus dan tujuan yang berbeda dengan beberapa presiden setelahnya. Pada masa itu, keterlibatan Jepang dalam berbagai sektor di Indonesia tidak terlalu menonjol seperti sekarang.
Kerjasama Jepang dan Indonesia di era reformasi menunjukkan bahwa kedua negara sudah memiliki rasa saling percaya dan keakraban. Selain itu peluang kerjasama pun menjadi semakin luas, tidak hanya terbatas pada bisnis dan ekonomi, Jepang juga memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan bekerjasama dalam sektor energi, pertahanan dan keamanan, politik, budaya pop, teknologi, dan lain-lain.
Dengan begitu Jepang mendapatkan popularitas di tanah air Indonesia sebagai negara maju yang berpartner dengan Indonesia, bukan lagi sebagai penjahat perang seperti pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Hal ini terbukti dengan masyarakat Indonesia yang semakin terbiasa dengan keberadaan orang Jepang yang berbisnis di Indonesia. Selain itu studi kejepangan di Indonesia juga menjadi kian populer didukung dengan adanya budaya pop Jepang dan peluang bekerja di perusahaan multinasional Jepang yang kini berinvansi ke Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
“Japan : Country Profile”, United States Departement of States, http://www.state.gov..
“Japan Profile Country : International Economic Cooperation Policy of Jepan”, http://www.englishbritanica.com
Amari, A., 2008. Pentingnya JIEPA. Kompas, [Online] 30 Juni. Tersedia di:http://nasional.kompas.com/read/2008/06/30/01251714/pentingnya.jiepa 
Andy Christine Yuliani, Studi tentang animasi jepang (anime) dan perkembangannya di Indonesiahttp://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/jdkv/2003/jiunkpe-ns-s1-2003-42499169-7234-animechapter4.pdf.
Bandoro, B., 1994. Beberapa Dimensi Hubungan Indonesia-Jepang dan Pelaporan untuk Indonesia. Dalam: B. Bandoro, ed. Hubungan Luar Negeri Indonesia selama Orde Baru. Jakarta: CSIS
Dennis Yasutomo, “The Manner of Giving, Strategic Aid and Japanese Foreign Policy” dalam Daulah Khoiriati Djaldan, Japan’s Foreign Aid Policy To Indonesia Its Implication on Japan-Indonesia Relations : Thesis, International University of Japan, 1991
Downer, Alexander. (2000). East Timor - Looking Back on 1999. Australian Journal of International Affairs
Dr. Emil Constantinescu. “What is Cultural Diplomacy?” diakses dari http://www.culturaldiplomacy.org/index.php?en_culturaldiplomacy
DJPEL, Direktorat Jenderal Pemanfaatan Energi Listrik, Dept. Pertambangan dan Energi –RI, Blue Print Pengelolaan Energi Nasional 2005 -2025
Hans morgenthau, diakses dari http://www.absoluteastronomy.com/topics/Hans_Morgenthau
Mashad, Dhurorudin, 2008. Politik Luar Negeri Indonesia Era Reformasi. Dalam Ganewati Wuryandari. Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Pusaran Politik Domestik. Jakarta: P2P LIPI dan Pustaka Pelajar. Hal
Robison, Richard and Vedi R Hadiz. Reorganizing Power in Indonesia: The Politic of Oligarchy in an Age of Market. London and New York: Routledge. 2004.